Sunday 5 July 2015

Ngabuburit Part I.


Hallo, semuanya! Wah, setelah sekian lama enggak nulis jadi sedikit kagok buat nulis lagi. Udah lama enggak nulis lagi bukan karena vakum, tapi karena bener-bener baru ada waktu senggang sama pikiran yang pas buat ngungkapin semuanya lewat tulisan ini lagi. Well, tulisan yang saya tulis kali ini judulnya Ngabuburit Part I. silahkan simak kalau berminat. J


            Hari ini hari Minggu. Hari ke-18 umat manusia menjalankan ibadah puasa. Biasanya sih saya selalu ngeram di rumah karena enggak pernah ada yang ngajakin ngabuburit. Pernah beberapa kali, tapi selalu dadakan dan saya belum izin secara langsung sama orang tua saya. Hmm, berbicara tentang orang tua, tadi sore ini saya ngabuburit sama Bapak, Mama, dan adik saya yang paling kecil. Adik saya yang kedua enggak ikut karena emang dia habis sakit dbd dan baru saja keluar dari rumah sakit.

            Ngabuburit saya sore ini bisa dibilang ngabuburit kilat. Kenapa gitu? Karena waktu saat itu udah menunjukkan pukul 17:00 WIB, sementara orang tua saya berencana untuk buka puasa di rumah saja. Alhasil, kita harus serba kilat ngabuburitnya. Eh, tunggu… Emang ngabuburit kemana sih? Enggak jauh, sih. Cuma ke Mall dekat rumah yang bisa ditempuh dengan sepedah motor dengan durasi 10 menit. Bukan karena perjalannya yang kilat, tetapi jarak yang ditempuh memang tidak terlalu jauh dari rumah.

            Awalnya sih kita ngerencanain pergi ke Mall ini jam 17:00 WIB ini harus sudah sampai di rumah. Namun ada om dan keluarganya datang ke rumah dan menjenguk adik saya, akhirnya kepergian dalam rangka ngabuburit ini ditunda. Om saya dan keluarganya baru pulang sekitar pukul 16:30. Saya dan keluarga saya bersiap-siap selama 30 menit dan akhirnya tepat pada pukul 17:00 WIB itu kami semua berangkat. Jalanan di sekitaran Mall padat merayap suasananya kala itu.

            Sesampainya di dalam Mall, banyak sekali orang. Oke, keadaan di dalam dan di sekitaran Mall sama-sama padat merayap. Haha, bukan, bukan. Maksudnya padat merayap di dalam Mall itu ramai sekali orang-orang. Mungkin mereka pada ingin berbuka di Mall tersebut. pikiran saya jadi kalang kabut saat itu sebenarnya karena merangkai kata yang rencananya akan saya posting di blog saya ini melalui pengamatan sederhana yang saya lakukan dengan panca indera yang dianugerahi oleh Allah.

            Saya mengamati pemandangan yang unik selama dalam Mall tersebut. banyak sekali pasangan pemuda-pemudi, sepasang suami istri yang belum dianugerahi anak ataupun yang sudah dianugerahi anak. Yang membawa semua keluarga besarnya juga ada. Rata-rata mereka yang termasuk keluarga inti ini berburu diskon yang sama sekali tidak menarik bagi saya. wah, kenapa kok rasanya sama sekali enggak menarik, ya, padahal cewek itu paling suka dengan yang namanya diskon tersebut? Karena hati dan pikiran saya sedang kalang kabut. Makanan yang rasanya terlihat enak dan orang-orang sangat menikmatinya, tetapi tidak bagi saya. Saya biasanya gila makan dengan teman saya yang bernama Siti Zahara Putri. Tapi semenjak saya di tinggal tiga hari yang lalu oleh orang yang menurut saya penting di hidup saya, saya menjadi drop dan nafsu makan saya hilang sama sekali.

            Selain karena efek kalut di atas, saya juga tidak gila belanja dan lebih memilih menabung semua uang jajan saya untuk masa depan, ketimbang menghambur-hamburkannya. Terlalu jauh membahas diskon jadinya haha. Oke, yang jadi pengamatan saya sore tadi itu bukan masalah diskon itu. Tetapi orang-orang yang berdatangan di Mall tersebut; keluarga inti, keluarga besar, dan sepasang kekasih. Wah, kenapa sama mereka? saya terus mengamati sembari berpikir tentang masalah ini selama berada dalam Mall tersebut.

            Mereka yang sudah berkeluarga yang belum dikaruniai anak atau yang sudah merupakan pasangan keluarga yang sangat bahagia. Entah mengapa keetika saya melihat mereka semua, pikiran yang pertama kali muncul itu adalah, “Mereka bisa berkeluarga dengan harmonis dengan orang-orang yang mereka kasihi. Lalu, bagaimana dengan rekam jejak masa lalu mereka sebelum menemukan orang yang tepat untuk dijadikan berkeluarga?” Pertanyaan ini terus berulang di kepala saya tatkala saya menebarkan pandangan saya. memandang antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya. Mereka semua sama, sama-sama merasakan kebahagiaan karena mereka bisa bersama dengan orang-orang yang mengasihinya.

            Saya tak begitu repot mengurusi mereka yang sudah berkeluarga; keluarga inti atau yang membawa keluarga besarnya untuk berbuka bersama. Pikiran saya lebih riuh ketika melihat mereka-mereka sepasang pemuda dan pemudi yang jalan dengan bergandengan tangan, merangkul, bahkan ada yang berjalan sambil menebarkan senyumannya seraya memamerkan betapa bahagianya mereka bisa bertukar kebahagiaan bersama pasangannya. Apa? Kenapa saya begitu repot untuk memikirkan mereka semua? Saya tak tahu menahu, yang saya tahu pikiran saya tak bisa diam seperti angin rebut.

            Saya yang baru saja diterpa badai tidak menemukan apa sebab musababnya.
“Mengapa mereka bisa begitu bahagia bersama orang di sampingnya?”, “Mengapa mereka bisa begitu sengaja untuk memamerkan kemesraannya di depan umum?”, “Apakah orang yang mereka bahagiakan saat ini, akan membahagiakan di masa nanti?”, “Apa orang yang mereka ajak untuk berbuka bersama saat ini, akan bisa mengajak berbuka bersama lagi nantinya? Dengan anak-anaknya alias anak kandung mereka?”, Atau, “Mereka sudah merasa yakin dengan orang yang mengajaknya untuk berbuka bersama itu akan mejadi the one and only one for the last time?”, “Mereka yakin bisa berjodoh nantinya, kah?”
Ah, jujur saja pikiran saya kalang kabut pada saat itu. Tak bisa sama sekali untuk berpikir dengan jernih layaknya sungai yang mengalir.


            Karena saya sudah terlalu pusing dengan angin ribut yang ada dipikiran saya, saya tidak bisa berlama-lama untuk berada di sana. Tujuan saya pergi ke Mall tersebut hanyalah mencari sandal yang diminta adik saya. Saya ingin ikut karena saya butuh refreshing. Tetapi, apa yang saya dapat sama saja ketika saya di rumah; mumet. Ngabuburit saya kali ini berantakan karena mood saya pun sedang naik-turun. Dan selama pikiran saya berontak layaknya angin ribut tersebut, saya hanya bisa berdiam saja dan menjawab pertanyaan orang tua saya dengan seperlunya saja ketika ditanya. Dan akhirnya saya pulang dengan muka tertekuk karena saya tidak bisa menemukan apa jawabnya sekalipun saya melamun panjang.

3 comments: