Tuesday 23 October 2018

It's Been 12th Years Ago...


Ada sebuah lagu yang ketika saya dengarkan, otomatis kepala saya langsung pusing, pikiran langsung tertuju pada satu orang, dan... 


...selalu terbayang seluruh kejadian yang sudah saya alami. Mau tahu lagu apa? Berikut lirik lagu yang bisa membuat saya tidak karuan:



Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena
Cinta yang t'lah hilang
Darimu yang mampu menyanjungku

Selama mata terbuka
Sampai jantung tak berdetak
Selama itu pun aku mampu
Untuk mengenangmu

Darimu kutemukan hidupku
Bagiku kaulah cinta sejati

Reff:
Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan kujadikan kau
Kenangan yang terindah dalam hidupku
Namun takkan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupku
Yang t'lah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah

Darimu kutemukan hidupku
Bagiku kaulah cinta sejati

*Reff



Ya, pasti sudah tidak asing lagi dengan lirik lagu di atas, ‘kan? Samsons – Kenangan Terindah, lagu jadul yang populer sekali ketika saya masih SD. Lagu ini benar-benar mengingatkan saya dengan dia. Mulai dari sekarang, kita bisa sebut “dia” ini dengan sebutan fx. Dan dari sinilah cerita akan saya awali.


Kala itu kalender menunjukan tahun duaribu enam. Rumah yang letaknya berselang dua rumah dari rumah saya yang mulanya kosong, akhirnya diisi oleh penghuni baru. Saya lupa persisnya penghuni baru ini dari mana asalnya; juga bulan dan tahun mereka pindah. Yang pasti betul adalah tahun kepindahan mereka, di mana saat itu saya menduduki bangku SD kelas lima. Dulu, saya hobi sekali bermain di luar rumah bersama teman-teman; main masak-masakan, petak umpet, tak benteng, dan beberapa jenis permainan jadul era sembilanpuluh-duaribuan. Seringnya bermain di luar rumah ini membuat saya tahu kalau keluarga tersebut memiliki seorang anak lelaki; sebaya pula. Ya, dialah si fx!


Awalnya saya biasa saja dengannya. Berkenalan dan sering bermain bersama dengan yang lainnya merupakan sebuah ritual wajib setelah selesai belajar pada malam hari. Haripun berganti hari dan bulanpun berganti bulan. Entah mengapa rasa biasa saja ini berubah menjadi rasa yang tidak biasa. Mulai muncul rasa gelisah ketika fx telat keluar rumah untuk bermain; bahkan benar-benar gelisah tak karuan ketika fx tidak bermain. Bocah ingusan saat itu bingung bukan kepalang. Lama akhirnya saya menyadari kalau saya menyukai fx. “Hah? Kok bisa?


Pasti bisa, lah! Orang fx itu memiliki paras sebelas duabelas seperti vokalis band samsons. Tapi poin ini menjadi nomor sekian kenapa saya bisa suka sama dia. Jahil dan rese, adalah poin pertama dan kedua mengapa saya bisa suka dengannya; ya, anaknya jahil sekali. Jadi saya sering menjadi korban kejahilan dia ketika bermain di luar rumah. Tetapi, fx bukanlah cinta pertama saya; karena saya masih bingung mendefinisikan cinta pertama itu seperti apa. Karena sebelumnya, saya pernah menyukai seseorang (yang juga tetangga rumah) terlebih dahulu. Saya dan fx sih biasa-biasa saja; berteman seperti biasa walau ada rasa tak biasa yang menyelimuti hati saya. Menjadi tidak biasa ketika cici (kakaknya fx) mulai ikut campur dalam lingkaran pertemanan kita.


Pernah pada suatu hari, saya melempar jendela depan rumahnya dengan kerikil kecil. Hal ini saya lakukan dengan tujuan meminta data diri alias biodatanya. Ya, zaman-zaman ketika saya SD meminta biodata pada teman (bahkan teman terdekat sekalipun) menjadi suatu keharusan; alasannya hanya untuk banyak-banyakan punya biodata orang. Mendengar jendelanya seperti dilempari sesuatu, akhirnya fx mengintip dibalik jendela. “Hey, keluar dulu!” dengan setengah berbisik. Dia paham dan mengerti, tak berselang lama dia keluar dari pintu rumahnya. “Minta biodatamu, dong? Ya? Ya? Ya? Boleh, ya?” saya berkata dengan setengah merengek. Fx hanya tersenyum sembari berkata, “Boleh, kesini lagi kalau nanti aku keluar rumah, ya,” sambil berjalan masuk ke rumahnya. Gila, percakapan sekecil ini masih saya ingat sampai sekarang. Benar-benar masih terindah sepertinya hahaha.


Sekitar sepuluh menit kemudian akhirnya fx keluar rumah lagi. Saya yang sedang duduk di rumah teman saya, segera menghampirinya. Diberikannya secarik kertas dengan isi tulisan seperti ceker bebek! Hahaha kenapa segitunya, ya? Habisan, tulisannya amburadul sekali. Setelah berterimakasih, saya kembali menghampiri teman saya yang memantau dari jarak kurang lebih lima meter. “Ciyeeee, ciyeee!” Celetuknya dengan spontan ketika saya datang. Saat itu saya hanya senyum-senyum tak jelas. Kocak, di biodatanya dituliskan nomor handphone segala! Padahal saat itu, saya belum memiliki handphone karena belum begitu memerlukannya.


Malam harinya saya berpikir untuk menghubungi nomor tersebut menggunakan handphone bapak saya. Kebetulan memang pulsa bapak saya selalu terisi banyak; jadi mau dipakai untuk mengirim pesan satu sampai lima kalipun tidak akan sadar kalau pulsanya terpakai. Semenjak hari itu, setiap malam saya terus mengiriminya pesan sembari mendengarkan lagu kenangan terindah milik samsons. Sampai suatu ketika, saya merasa ada yang aneh dengan fx; dari segi ketikan dan bahasanya. Ternyata, keanehannya itu bukan berasal dari fx. Tetapi cicinya yang membalas. “Hmm... Pantas saja aneh,” saya bergumam sendiri.


Kehadiran cici di antara saya dan adiknya membuat saya tidak bisa mengirimi fx pesan seperti hari sebelum-sebelumnya. Sudah terbaca kalau cici tidak suka dengan saya. Maksud tidak suka di sini adalah mungkin karena berbeda keyakinan, jadi diteruskan juga percuma. Oh iya, saya dan fx tidak pernah ada apapun kecuali pure teman. Mungkin cici salah mengira kalau kami berpacaran. Yah, saya hanya sebatas menyukai dan kagum dengan adiknya saja; bahkan tak ada rasa ingin memiliki. Gokilnya, walau saya terus dihalang-halangi oleh cici, saya tetap saja mengiriminya pesan. Bahkan sampai cici tidak memperbolehkan fx untuk bermain jika ada saya. Yah, memang sedikit berlebihan mengingat kami saat itu masih SD dan hanya memiliki sedikit waktu bermain.


Tahunpun akhirnya berganti. Saya dan fx jadi jarang sekali main keluar rumah karena harus menghadapi UN untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya; SMP. Sepanjang SMP, jujur saja saya suka galauin fx dengan mendengarkan lagu-lagunya band samsons. Tapi dari semua lagu tersebut, kenangan terindahlah yang memang memiliki kenangan berkesan. Tak terasa saat itu sudah dipenghujung SMP. Saya merasa kesulitan belajar matematika sendirian; ditambah lagi soal UN akan lebih sulit jika dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya. Atas inisiatif kedua orangtua saya, akhirnya saya dileskan pada tetangga dekat rumah saya yang pintar matematika.


Awalnya hanya saya satu-satunya anak yang diajari oleh tetangga saya itu. Namun pada suatu malam, saya telat datang untuk les. Sesampainya, mata saya terbelalak melihat siapa yang sedang duduk di ruangan yang dijadikan tempat belajar tersebut. Fx!!! Ya, dia duduk seperti menunggu seseorang datang. Tak lama saya masuk dan bersalaman, akhirnya lespun dimulai. “Ooh, jadi tadi itu nunggu saya, ya?” Gumam saya dalam hati dan membuat tak bisa berkonsentrasi. Setelahnya tiap malam ketika ada jadwal les, ketika pulang saya masih menjadi korban kejahilan dari si fx. Entah sandal saya diumpetin, ditendang-tendang seperti bola, atau meledek saya hingga saya kesal sekali dibuatnya.


Sebenarnya masih banyak sekali yang ingin saya ceritakan. Namun, apalah arti kenangan jika diceritakan seluruhnya ke publik. Bukankah kenangan adalah hal manis yang dikenang oleh masing-masing individu? Jadi biarlah, sisa-sisa kenangan yang tak terhitung ini hidup melalui lagu kenangan terindah. Selepas masa-masa SMP tersebut hingga tahun duaribu delapanbelas (sekitar delapan tahun), sebetulnya saya tidak pernah mendengarkan lagu ini lagi karena takut. Hanya saja, hari ini saya memberanikan diri untuk mendengarkannya secara berulang-ulang; akhirnya malah flashback juga, ‘kan? Inilah hal yang saya takuti.


Sekali-dua kali biasa saja karena sudah lama juga tidak mendengarkan lagu ini. Seterusnya setelah berulang-ulang, saya merasa rindu dengan fx. Rasa rindu di sini bukan seperti rindu ke pacar, ya! Tapi rindu ke sahabat karena tidak ada kabar terdengar tentangnya. Terakhir kali saya dengar, dia bekerja di daerah Bandung sesaat sebelum keluarganya pindah ke daerah Jakarta. Sekarang, rumah tersebut sudah tidak ditempati oleh keluarga fx lagi; tapi, segala kenangannya akan mengalir dengan sendiri ketika saya melihat rumah tersebut.


Oh ya soal lagu kenangan terindah, ada beberapa alasan kenapa saya suka sekali dengan lagunya: pertama, jelas seperti yang sudah saya tulis di atas, lagu tersebut mengingatkan saya dengan fx. Kedua, Bams Samsons mirip sekali dengan fx (berikut terlampir foto fx pada tahun 2011 yang saya dapat dari akun facebooknya). Ketiga, ketika lagu tersebut mengalun dengan indahnya di kedua telinga saya, otomatis kenangan-kenangan hidup seperti menonton sebuah film. Dan keempat, setiap liriknya merepresentasikan apa yang terjadi dalam beberapa tahun silam. Karena lagu ini, saya yang hidup di tahun duaribu delapanbelas serasa terlempar ke tahun duaribu enam.



Darimu, kutemukan hidupku...



10 comments: