Thursday 30 January 2014

Essai.

            Ini tulisanku, tentang essai yang disuruh buat oleh kakak-kakak mentor sebelum mengikuti kegiatan opak dahulu. Jangan heran bacanya, ya? Aku aja heran, kenapa bisa begini jadinya… Check this out!





Aku Anak FISIP


Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Retno Setyowati. Kedua orang tua saya berasal dari daerah Jawa. Lebih tepatnya berada di Pacitan, Jawa Timur. Tetapi, saya sendiri lahir di kota Tangerang Selatan yang sekarang bisa dibilang menjadi tempat tinggal saya di Bumi Serpong Damai atau dikenal dengan sebutan BSD. Saya sendiri adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dulu, sewaktu saya berada dibangku SMP, saya pernah mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang penyiar radio karena saya suka mendengarka dan memerhatikan gaya bicara seorang penyiar di radio. Lalu saya pun mulai berfikir untuk meneruskan SMA dan mengambil kuliah di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Komunikasi. Dan benar saja, ketika saya sudah mulai SMA dan diakhir semester kelas 10 itu saya mengambil jurusan IPS. Saya mengambil jurusan IPS di SMA itu atas dasar pilihan saya sendiri. Sebenarnya orang tua saya sempat memaksa dan menginginkan saya untuk memilih jurusan IPA, dan memang benar ternyata nilai IPA saya lebih besar di raport ketimbang nilai di IPS. Tapi, saya tetap kekeuh memilih jurusan IPS itu karena saya lemah dipelajaran Fisika dan Kimia, tetapi saya sebenarnya tidak suka dengan pelajaran di Geografi di IPS. Alhasil, setelah saya fikir masak-masak, saya tetap pada pilihan saya: IPS.


Pada awal masuk di kelas IPS, saya sempat mengira jika anak-anaknya pada menyeramkan, menakutkan, dan suka tawuran atau minum-minuman keras seperti yang ada di berita-berita di tv, juga termasuk cara mengajar gurunya yang membosankan. Tapi, semua perkiraan saya itu salah. Memang, sebagian gurunya ada yang mengajar terasa membosankan karena guru itu memang sudah mengajarkan saya sejak kelas 10. Contohnya saat pelajaran Sosiologi pada awal kelas 10, saya lebih suka mengobrol, mencoret-coret buku, atau melamun karena saya tidak mengerti dengan apa yang beliau sampaikan. Tapi, semua kebiasaan saya itu entah mengapa berubah pada kelas 11, yang mengajar memang guru yang sama dengan kelas 10 waktu itu. Tetapi, saya mulai sedikit tertarik dengan pelajarannya dan saya berusaha merubah sikap saya yang sempat acuh tak acuh dengan pelajaran Sosiologi maupun gurunya. Sampai akhirnya saya naik ke kelas 12, entah mengapa saya semakin menyukai pelajaran ini karena Sosiologi sendiri adalah pelajaran yang membutuhkan logika dan konsentrasi yang baik.


Tidak terasa sudah dipenghujung kelas 12 semester kedua, dimana guru bimbingan konseling di sekolah saya mulai  sibuk mencari dan memberi informasi tentang penerimaan mahasiswa/i baru untuk muridnya dari kampus-kampus. Ketika ada pendaftaran SPMB-PTAIN di UIN Syarif Hidayatullah, orang tua saya menyarankan saya untuk mendaftar dengan pilihan jurusan yang pertama adalah Manajemen, kedua itu Sosiologi, dan yang ketiga saya memilih Teknik Informatika. Sebenarnya, pilihan pertama dan kedua itu bukan mutlak pilihan saya pribadi, tetapi ada campur tangan dari kedua orang tua saya. Dan saya juga telah mendaftar SPMB Mandiri di UIN Syarif Hidayatullah sebelum adanya pengumuman SPMB-PTAIN  dengan jurusan yang sama. Setelah menunggu lama akhirnya tibalah pengumuman dari SPMB-PTAIN, ketika saya membuka alamat webnya, entah mengapa hati saya berdebar begitu cepatnya. Dan ternyata, saya lulus di pilihan kedua, pilihan yang saya pilih sendiri. Awalnya sempat bingung apakah saya nanti sanggup untuk ke depannya, tetapi orang tua saya meyakinkan saya kalau saya pasti bisa. Maka otomatis, saya sudah tidak perlu lagi mengikuti test SPMB Mandiri, karena sudah diterima di jurusan yang saya akan jalani ke depannya. Tetapi kemudian saya diam dan merenung sejenak, mengingat saya yang telah mendaftar SBMPTN dengan pilihan Universitas Gadjah Mada jurusan Manajemen dan Sosiologi, dan Universitas Negeri Jakarta dengan jurusan Manajemen. Saya ingin mencoba mengikuti test tersebut tanpa harus melepaskan apa yang saya telah saya dapat karena daftar ulang dan pengumuman SBMPTN ini tanggalnya sangat bentrok. Akhirnya hari-H SBMPTN pun saya lewati dengan tidak banyak berharap kepada hasilnya itu. Sebelum test SBMPTN pun orang tua saya menyarankan agar tetap untuk di UIN. Dan, saya menuruti apa yang mereka bilang, karena pendaftaran UIN lebih dulu ketimbang pengumuman SBMPTN tersebut. Akhirnya, tibalah saat pengumuman SBMPTN. Namun sayang, kedua universitas ini belum rezeki untuk saya. Dan saya tidak terlalu menyesal karena telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengikuti saran dari kedua orang tua saya.


Sempat bingung dan tak terfikir oleh saya sesungguhnya ketika saya bisa masuk dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – UIN Syarif Hidayatullah karena bisa dibilang saya adalah anak yang cukup pemalu, pendiam, dan tidak terlalu aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam organisasi apapun. Bukan, bukan berarti saya tidak memiliki jiwa sosial yang tinggi. Tetapi, jujur entah mengapa saya dulu kurang begitu tertarik dengan dunia sosial dan perpolitikan karena bisa dibilang saya malas untuk sekedar melihat atau membaca berita. Dan pandangan saya berubah ketika saya mulai memasuki dunia SMA. Memang, pada awalnya pun saya tidak begitu menyukai pelajaran PPKN ataupun Sosiologi. Karena selain faktor gurunya yang selalu membosankan ketika menerangkan, atau faktor yang lainnya.


Dengan adanya saya disini, menjadi bagian dalam perkumpulan mahasiswa/i Fisip UIN, saya  menanam sedikit cita-cita dan harapan besar untuk masa depan saya. Semoga dengan saya melangkah disini, saya bisa menjadi orang yang berguna untuk sesama maupun nusa dan bangsa. Dan untuk kesan-kesannya, ngeriii.


Mungkin, agaknya sedikit mengganjal dengan cerita di atas. Tapi, tak masalah. Karena tak pernah ada yang tahu bahkan mengerti, mengapa aku menulis ini; walaupun tugas ini adalah tugas opak.



To be continued...

1 comment: