Friday 3 January 2014

Matahari Telah Pergi

                Telah tiba saatnya, dimana aku kan melihat matahariku redup, ku melihat tak terdapat cahaya dapat menerangi setiap hariku lagi. Menyambut pagiku yang akan kelam, menyambut segala waktu yang akan kutempuh sendiri, tanpa bayangan matahari? Mungkin ku akan buta, ku tak bisa melihat. Hingga akhirnya ku terjatuh, diam meratapi, dan tak ingin bangkit.


            Ku telah terjatuh. Tak bisa ku segera mungkin bangkit dan meniti langkah. Jalanku tersendat, terhenti seketika, merasakan rasa sakit yang ada; yang telah tercipta. Aku tahu seperti ini akan sia-sia. Tetapi, untuk saat inipun jikaku memaksa kehendak untukku segera berlari, luka dalam yang terciptakan akan semakin parah dan bertambah dalam.


            Dalam diamku, dalam benaku, telah ku merenung. Memikirkan apa yang sebelumnya tak terpikirkan dan menyadarinya secara terlambat. Entahlah aku menaruh kesalahan apa, sehingga aku sendirilah yang menciptakan matahari itu redup. Tak ada akibat, jika tidak ada sebab. Tapi ku tersadar, matahari telah redup karenaku, tak tahu apakah alasan logisnya.


            Matahari yang kudambakan, matahari yang jauh disana, dapatkah ku bertemu cahayamu kembali tetapi dalam sosok yang lebih baik lagi? Bisakah ku melupakan matahari-ku yang lalu, matahari-ku yang dulu ku damba? Menghilangkan cahayanya sungguh tidak mudah. Sangat amat tidak mudah. Tapi aku tahu diri, memang keputusannya dapat diterima walau memang cukup menyakitkan.

Puisi yang dibikin di akhir Desember,


Dear Matahari,
Terimakasih kau telah sanggup menyinari
Sang bumi yang membutuhkanmu
Dan terimakasih kau ada saat butuh

Dear Matahari,
Maafkanku jika suatu saat nanti
Aku tak bisa melihat kau bersinar lagi
Mungkin, bukan untuk kemauanku
Bukan pula sebuah inginku

Jika suatu saat nanti ku buat kau menangis
Membenciku adalah sebuah pilihan
Karenaku, kau mungkin tak ingin bersinar lagi
Aku merasa berdosa, bodoh telah menyakiti

Tetapi, Matahari
Jika perlahan kau bangkit dan membuka mata
Ku yakin akan ada banyak yang menanti
Cahayamu, keceriaanmu, yang ditunggu
Pergilah, lupakanku atas lukamu

Bahkan lukaku, sendiri 


Selamat Tinggal, Matahari.

No comments:

Post a Comment