Wednesday 22 January 2014

Tanpa Judul.

Hati yang Tak pernah Terdengar


Diam dalam keheningan suasana
Aku menduduki tempat tak asing
Tempat di mana segalanya pernah ada
Yang aku nikmati sendiri dalam sepi


Dalam ramaipun ku hanya terdiam
Merasakan sesuatu yang pernah ada
Sekarang, yang aku rasakan dalam kehampaan
Merasa hilang, hilang, dan aku telah kehilangan


Dear, hati yang tak pernah terdengar
Hati yang tak pernah bisa dipahami orang
Kau sudah usang, tapi kau bertahan
Kau tak pernah lelah berbicara meski tak ada yang mendengar


Dear, hati yang tak pernah terdengar
Aku rasa apa yang kau rasa
Aku tahu apa yang kau ketahui
Meski kau selalu memendam sendiri


Kau menyimpan semuanya dalam senyum
Sembunyikan air mata dari semua orang
Sungguh aku tak kuasa menahan takjub
Perjuanganmu, hingga sepi yang kau rasa
Karena kau tak ingin khawatirkan mereka..


Perahu Kertasku


Segala ceritaku hanyut bersamanya
Pergi menjauh meninggalkan luka
Tatapku sayu, melihat perahu kertas
Yang mampu membawa pergi segala angan


Angan-angan hanya sebuah mimpi
Anganku, alam bebas mengetahui sang mimpi
Berlayar, dari satu tempat ke tempat lain
Rela bertahan demi sang mimpi


Namun, ada apa dengan perahu kertasku?
Dia terhenti, tak sampaikan mimpiku
Aku tak bisa paksakannya jika tak ingin
Hanya bisa berharap pada sang angin


Perahu kertasku, sayang..
Tak apa jika kau tak ingin melanjutkan
Aku mempunyai angan namun tak ku paksakan
Biarlah pesan di dalammu diketahui sendiri oleh alam


Perahu kertasku, tercinta..
Terimakasih banyak, sebatas ucapku
Walau pintaku tak sesuai pengharapan
Namun aku tak akan memaksakanmu
Untuk menyampaikan pesan itu…


Ku titipkan pesan kepada-Nya


Jika ku tak bisa sampaikan pesanku dengan perahu kertas
Jika ku tak bisa sampaikan segala angan dan harap
Sejenak ku terdiam, memikirkan bagaimana
Pesan, angan, dan harapku agar terdengar


Dear seseorang disana, seseorang yang tak berkabar
Ini inginku, sebuah pintaku untuk menghentikan pesan
Saat ini, ku rasa raga dan jiwamu telah menjauh
Namun tidak dengan segala kenangan-kenanganmu


Merasakah kau, jika ku selalu mendokanmu dalam keheningan?
Membiarkan segala  pesan singkat hanya Dia yang mengetahui-Nya?
Namun, menyampaikan dalam bentuk lain yang tak lagi berbentuk bacaan?
Dan tak melarangku untuk selalu menitipkan pesan untuk kau rasa?


Dear seseorang, yang tak berkabar
Kebahagiaanmu, pesan yang ku utamakan
Dalam setiap kedip matamu
Maupun dalam setiap hembusan nafasmu


Dear kamu yang aku maksudkan
Antara hati yang tak terdengar dan perahu kertasku
Semua, tak akan pernah sampai untuk menyampaikan pesannya
Mereka hanya bisa menitipkan pesan kepada-Nya untukmu


Aku bahagia, jika kau rasakan bahagia
Membiarkanmu berlari, dan aku titipkan pesan
Perahu kertasku tak bisa menyampaikannya
Namun, Tuhan-ku, Tuhan kita, mampu melakukannya…


No comments:

Post a Comment