Sunday 12 January 2014

Satu Jam Saja.

Jangan berakhir aku tak ingin berakhir
Satu jam saja ku ingin diam berdua
Mengenang yang pernah ada…

Jangan berakhir karena esok tak kan lagi
Satu jam saja hingga kurasa bahagia
Mengakhiri segalanya…

Tapi kini tak mungkin lagi
Katamu semua sudah tak berarti
Satu jam saja itu pun tak mungkin
Tak mungkin lagi…

Jangan berakhir ku ingin sebentar lagi
Satu jam saja izinkan aku merasa
Rasa itu pernah ada…

            Lagu di atas seperti mengerti diriku, menyampaikannya dengan lembut untuk seseorang di sana; yang tak berani ku menyampaikannya langsung. Untuk sekali lagi, meminta waktunya. Hanya satu jam saja, hingga ku benar-benar bisa dengan damai dan tenang untuk melepaskannya pergi. Membiarkan sang waktu yang dahulu pernah memisahkan; mengembalikan kita tanpa sebuah ikatan, dengan mengenang segala yang pernah terlewati; suka dan duka.


            Namun, semuanya akan sia-sia. Jangankan untukku mendapatkan waktu satu jam, mungkin waktu lima menit saja dia harus berfikir panjang. Karena semua yang telah terlewati, sudah tak mungkin lagi. Semuanya sudah tak berarti lagi, dirasa sudah tak mungkin lagi. 


            Satu jam saja, tak lebih dan boleh kurang. Ingin rasanya untuk yang terakhir kalinya ku merasakan lagi cinta yang dulu pernah ada, segala rasa dan kenangan yang pernah tercipta. Merasakan sekali lagi untuk yang terakhir kalinya, bahwa kamu pernah ada di sisi dengan perasaan yang kutahu memang menyakitkan, namun kamu bisa bersabar menahan rasa sakit itu. Hingga kamu sudah tak sanggup lagi untuk bertahan dan memilih pergi.


            Hal yang tak mungkin untuk yang kedua, selain meminta waktumu untuk satu jam saja, adalah mengembalikan kamu ke sisi. Membiarkan kamu merasakan kembali kehangatan yang dulu pernah ada dan sempat terabaikan, senda gurau, dan segala obrolan hangat tentang “kita” dahulu. Karena kamu pun tahu, kamu tak akan kembali jika pintu hatiku tertutup.



               Dahulu, kamu banyak sekali meluangkan waktu untukku. Meluangkan waktu yang untuk sekarang, tak akan ku dapat lagi. Bersandar pada pundakmu, membelai hangat kepalamu, bahkan menyuapi kamu ketika makan. Jika dalam waktu hanya dalam satu jam saja semua itu bisa terulang kembali, lalu untuk apa waktu ±3 bulan ini terjadi? Tidak, aku hanya sekedar bertanya, bukan menyesali yang pernah ada.

            Namun, apa daya tangan tak sampai. Ungkapan lagu di atas dengan kehidupan yang dahulu sudah benar-benar berbanding terbalik. Tak mungkin jua ku mengharapkanmu untuk kembali, walaupun rasaku masih sama seperti yang dulu. Mengapa? Karena aku tidak mau menyakiti atau tersakiti untuk yang kedua kalinya dengan orang yang sama, tetapi pada waktu yang berbeda. Ingin rasanya ku menghilang dari peradaban, atau tak mengenalmu untuk yang kedua kalinya. Karena aku takut terjebak, lagi.


No comments:

Post a Comment