Hallo,
semuanya! Wah, setelah sekian lama enggak nulis jadi sedikit kagok buat nulis
lagi. Udah lama enggak nulis lagi bukan karena vakum, tapi karena bener-bener
baru ada waktu senggang sama pikiran yang pas buat ngungkapin semuanya lewat
tulisan ini lagi. Well, tulisan yang
saya tulis kali ini judulnya Ngabuburit
Part I. silahkan simak kalau berminat. J
Hari ini hari Minggu. Hari ke-18 umat
manusia menjalankan ibadah puasa. Biasanya sih saya selalu ngeram di rumah karena enggak pernah ada yang ngajakin ngabuburit.
Pernah beberapa kali, tapi selalu dadakan dan saya belum izin secara langsung
sama orang tua saya. Hmm, berbicara tentang orang tua, tadi sore ini saya
ngabuburit sama Bapak, Mama, dan adik saya yang paling kecil. Adik saya yang
kedua enggak ikut karena emang dia habis sakit dbd dan baru saja keluar dari rumah sakit.
Ngabuburit saya sore ini bisa
dibilang ngabuburit kilat. Kenapa gitu? Karena waktu saat itu udah menunjukkan
pukul 17:00 WIB, sementara orang tua saya berencana untuk buka puasa di rumah
saja. Alhasil, kita harus serba kilat ngabuburitnya. Eh, tunggu… Emang
ngabuburit kemana sih? Enggak jauh, sih. Cuma ke Mall dekat rumah yang bisa ditempuh
dengan sepedah motor dengan durasi 10 menit. Bukan karena perjalannya yang
kilat, tetapi jarak yang ditempuh memang tidak terlalu jauh dari rumah.
Awalnya sih kita ngerencanain pergi
ke Mall ini jam 17:00 WIB ini harus sudah sampai di rumah. Namun ada om dan
keluarganya datang ke rumah dan menjenguk adik saya, akhirnya kepergian dalam
rangka ngabuburit ini ditunda. Om saya dan keluarganya baru pulang sekitar
pukul 16:30. Saya dan keluarga saya bersiap-siap selama 30 menit dan akhirnya
tepat pada pukul 17:00 WIB itu kami semua berangkat. Jalanan di sekitaran Mall
padat merayap suasananya kala itu.
Sesampainya di dalam Mall, banyak
sekali orang. Oke, keadaan di dalam dan di sekitaran Mall sama-sama padat merayap. Haha, bukan, bukan.
Maksudnya padat merayap di dalam Mall itu ramai sekali orang-orang. Mungkin
mereka pada ingin berbuka di Mall tersebut. pikiran saya jadi kalang kabut saat
itu sebenarnya karena merangkai kata yang rencananya akan saya posting di blog saya ini melalui pengamatan sederhana yang saya lakukan dengan
panca indera yang dianugerahi oleh Allah.
Saya mengamati pemandangan yang unik
selama dalam Mall tersebut. banyak sekali pasangan pemuda-pemudi, sepasang
suami istri yang belum dianugerahi anak ataupun yang sudah dianugerahi anak.
Yang membawa semua keluarga besarnya juga ada. Rata-rata mereka yang termasuk keluarga
inti ini berburu diskon yang sama
sekali tidak menarik bagi saya. wah, kenapa kok rasanya sama sekali enggak
menarik, ya, padahal cewek itu paling suka dengan yang namanya diskon tersebut? Karena hati dan pikiran
saya sedang kalang kabut. Makanan yang rasanya terlihat enak dan orang-orang
sangat menikmatinya, tetapi tidak bagi saya. Saya biasanya gila makan dengan
teman saya yang bernama Siti Zahara Putri. Tapi semenjak saya di tinggal tiga
hari yang lalu oleh orang yang menurut saya penting di hidup saya, saya menjadi
drop dan nafsu makan saya hilang sama sekali.
Selain karena efek kalut di atas,
saya juga tidak gila belanja dan lebih memilih menabung semua uang jajan saya
untuk masa depan, ketimbang menghambur-hamburkannya. Terlalu jauh membahas diskon jadinya haha. Oke, yang jadi
pengamatan saya sore tadi itu bukan masalah diskon
itu. Tetapi orang-orang yang berdatangan di Mall tersebut; keluarga inti,
keluarga besar, dan sepasang kekasih. Wah, kenapa sama mereka? saya terus
mengamati sembari berpikir tentang masalah ini selama berada dalam Mall
tersebut.
Mereka yang sudah berkeluarga yang
belum dikaruniai anak atau yang sudah merupakan pasangan keluarga yang sangat
bahagia. Entah mengapa keetika saya melihat mereka semua, pikiran yang pertama
kali muncul itu adalah, “Mereka bisa berkeluarga dengan harmonis dengan
orang-orang yang mereka kasihi. Lalu, bagaimana dengan rekam jejak masa lalu mereka sebelum menemukan orang
yang tepat untuk dijadikan berkeluarga?” Pertanyaan ini terus berulang di
kepala saya tatkala saya menebarkan pandangan saya. memandang antara keluarga
yang satu dengan keluarga yang lainnya. Mereka semua sama, sama-sama merasakan
kebahagiaan karena mereka bisa bersama dengan orang-orang yang mengasihinya.
Saya tak begitu repot mengurusi
mereka yang sudah berkeluarga; keluarga inti atau yang membawa keluarga
besarnya untuk berbuka bersama. Pikiran saya lebih riuh ketika melihat
mereka-mereka sepasang pemuda dan pemudi yang jalan dengan bergandengan tangan,
merangkul, bahkan ada yang berjalan sambil menebarkan senyumannya seraya
memamerkan betapa bahagianya mereka bisa bertukar kebahagiaan bersama
pasangannya. Apa? Kenapa saya begitu
repot untuk memikirkan mereka semua? Saya tak tahu menahu, yang saya tahu
pikiran saya tak bisa diam seperti angin rebut.
Saya yang baru saja diterpa badai
tidak menemukan apa sebab musababnya.
“Mengapa
mereka bisa begitu bahagia bersama orang di sampingnya?”, “Mengapa mereka bisa
begitu sengaja untuk memamerkan kemesraannya di depan umum?”, “Apakah orang
yang mereka bahagiakan saat ini, akan
membahagiakan di masa nanti?”, “Apa
orang yang mereka ajak untuk berbuka bersama saat ini, akan bisa mengajak
berbuka bersama lagi nantinya? Dengan anak-anaknya alias anak kandung mereka?”, Atau, “Mereka sudah merasa yakin
dengan orang yang mengajaknya untuk berbuka bersama itu akan mejadi the one and only one for the last time?”,
“Mereka yakin bisa berjodoh nantinya, kah?”
Ah,
jujur saja pikiran saya kalang kabut pada saat itu. Tak bisa sama sekali untuk
berpikir dengan jernih layaknya sungai yang mengalir.
Karena saya sudah terlalu pusing
dengan angin ribut yang ada dipikiran saya, saya tidak bisa berlama-lama untuk
berada di sana. Tujuan saya pergi ke Mall tersebut hanyalah mencari sandal yang
diminta adik saya. Saya ingin ikut karena saya butuh refreshing. Tetapi, apa yang saya dapat sama saja ketika saya di
rumah; mumet. Ngabuburit saya kali ini berantakan karena mood saya pun sedang naik-turun. Dan selama pikiran saya berontak
layaknya angin ribut tersebut, saya hanya bisa berdiam saja dan menjawab
pertanyaan orang tua saya dengan seperlunya saja ketika ditanya. Dan akhirnya
saya pulang dengan muka tertekuk karena saya tidak bisa menemukan apa jawabnya
sekalipun saya melamun panjang.
jwbnya ad d ujung langt hha peace ...
ReplyDeleteakhirny muncul lgiiii
ReplyDeleteterharu hhaaaa
ReplyDelete