“Kata
orang-orang, hidup itu seperti saat kita sedang menaiki sepeda. Agar tetap
seimbang dan berjalan, maka kita harus tetap mengayuh sepedah tersebut. Terkadang,
dalam bersepeda juga harus berhati-hati; karena sepeda tidak seperti motor yang
dilengkapi oleh kaca spion maupun lampu sign.
Apalagi di saat bersepeda di kawasan yang banyak anak-anaknya. Wah, harus
ekstra bersabar ketika sedang mengayuh. Pelajaran ini yang setiap hari saya
petik macam memetik gitar hingga mengeluarkan suara yang indah.”
Hallo, semua! Siapa, sih, yang tidak
suka bersepeda? Olahraga yang menyehetkan sekaligus menyenangkan ini pasti
banyak peminatnya. Terbukti ketika saya sedang bersepeda ketika sore hari. Tidak
sedikit anak kecil dan orang dewasa yang bersepeda juga pada sore hari. Sebenarnya,
aktivitas bersepeda ini baru saya lakoni akhir-akhir ini. Kenapa bersepedalah
yang akhirnya saya pilih? Entahlah, saya mulai berniat untuk bersepeda ketika
saya berada di rumah Kakek dan Nenek saya. Sebenarnya, selain alasan untuk
menghabiskan waktu alias ngabuburit;
karena saya sedang membayar hutang puasa Ramadhan sekaligus puasa sunnah Syawal,
saya hanya ingin melakukan banyak gerak dengan bersepeda. Tentu saja bukan
hanya bersepeda, tetapi saya juga melakukan skipping
atau loncat tali. Iya, menyenangkan sekali, lho!
Saya biasa bersepeda sekitar pukul
16:00 WIB atau ba’da sholat Ashar. Rute yang saya tempuh adalah memutari
komplek orang lain yang bisa dibilang mempunyai waktu yang lumayan untuk menuju
kesana. Awalnya saya sedikit kesulitan untuk mengatur nafas ketika saya mulai
kelalah untuk menggoes sepeda. Namun, lama kelamaan saya mulai bisa mengatur
nafas dan mengatur kecepatan saya dalam menggoes sepeda melalui gigi yang ada pada sepeda itu. Dan lucunya,
selama bersepeda itu saya lebih banyak menghabiskan berbicara kepada diri
sendiri ketimbang menikmati alunan musik yang bersenandung di kedua telinga
saya. Layaknya ada orang lain yang berbicara kepada orang gila yang aneh karena
terus berbicara sendiri.
Selama
bersepeda, bukan hanya sekedar bersepeda biasa dan menikmati iringan lagu di handphone saja. Tapi, dalam sehari, saya
bisa mendapatkan banyak sekali pembelajaran dari apa yang saya lihat dan rasa. Biasanya,
komplek orang yang biasa saya jadikan tempat untuk bersepeda itu terkenal sepi;
sama seperti daerah rumah Kakek dan Nenek saya. Iya, saya bisa dengan jelas mendengar
desiran angin yang menabrak pepohonan tinggi di sana. Bahkan, kicauan merdu
dari burung-burung yang terbang dengan riangnya pun dapat saya dengar dengan
indahnya. Keduanya terdengar amat syahdu di telinga saya.
Sebenarnya, aktivitas bersepeda ini
bukan semacam olahraga di sore hari saja untuk saya. Karena saya benar-benar bisa me time atau mempunyai waktu untuk diri sendiri dari kegiatan
bersepeda ini. Sudah dibilang di awal, saya bisa menjadi orang gila mendadak
dengan berbicara sendiri dan dapat merasakan dekat dengan alam; sama seperti
ketika saya berada di kampung. Selain itu, yang bisa saya petik adalah, “Ketika
merasa lelah dengan kayuhan itu, lebih baik pelankan kayuhan tersebut daripada
harus benar-benar berhenti dan istirahat. Karena jika beristirahat, nanti
takutnya akan hanyut dalam dunia sendiri dan justru akan mengurangi niat untuk
bersepedah.”
Di dalam bersepeda pun, ada tata
aturannya ketika memasuki kawasan yang banyak sekali terdapat anak-anak kecil. “Lebih
baik berhenti terlebih dahulu agar anak-anak kecil tersebut berlari ke pinggir
jalan ketimbang harus membunyikan bel sepeda.” Jujur, hal-hal kecil seperti ini
yang membuat kesabaran saya terlatih selama bersepeda. Dan ada lagi, saya
selalu menargetkan ketika harus berskipping.
Setiap harinya harus bertambah sebanyak 10 kali loncatan. Hal ini yang memacu
saya untuk bersemangat berlompat tali untuk mencapai target yang semakin
meningkat tersebut.
Mengapa harus saya targetkan? Agar saya
tahu perkembangan saya dalam bermain lompat tali di setiap harinya. Saya benar-benar
menyukai permainan lompat tali sejak kecil dahulu. Yang menjadi masalah adalah
terkadang memang kaki saya sakit bukan main dan nafas menjadi tidak beraturan;
sama seperti saat bersepeda. Namun, rasa sakit saya ini terobati berkat
hembusan angin yang dapat menenangkan dan terbuai sementara dengan lingkungan
sekitarnya. Ah, saya masih belum bisa
serius-serius untuk berolahraga, pada saat ini…
okkkkkkkkk laaah ...
ReplyDeleteWah"
ReplyDeletewiiih mantapsss ... .
ReplyDelete"kata orang......" org aja trs :-P
ReplyDelete