Rasanya
berat untuk memenuhi warna latar hitam ini menjadi hitam-putih; di isi oleh
tulisan yang terjadi pada hari ini. Jujur saja, saya senang dengan hari ini. Senang
dari luar, namun dalam hati saya sebenarnya sedang bergejolak. Ya, hari ini
saya ngabuburit dengan seseorang yang pernah mengisi hari-hari saya, bahkan
sampai saat ini hati saya masih terisi oleh namanya. Ah, berat rasanya jari ini
untuk mengetik…
Suara adzan untuk waktu Ashar telah
berkumandang. Saya yang sedang bersiap-siap memakai pakaian, bergegas untuk
menunaikan ibadah sholat Ashar. Hari ini saya ada janji untuk bertemu dengan
seseorang yang cukup spesial untuk saya. Saya sebenarnya bingung mengapa saya “mengiyakan” ajakannya untuk bertemu. Namun, sejujurnya saya senang karena
perkiraan saya “dia akan mengajak saya bertemu”, benar-benar terjadi. Setelah saya
selesai bersiap-siap, saya bergegas untuk berangkat. Pada saat itu waktu
menunjukkan pukul 16:00 WIB.
Perjalanan dari rumah hingga tempat
yang dituju hanya memakan waktu ±30 menit. Keadaan jalan macet bukan main. Jadi
mau tidak mau saya harus berjalan dengan pelan. Awalnya saya mendapati kebingungan
dengan sistem parkirnya, namun ketika saya mengikuti hati nurani saya, saya sampai
pada jalan yang benar. Belum sempat saya mendapat giliran untuk mendapat tiket
parkir, saya melihat dia keluar dari parkiran. Wah, ternyata dia sudah sampai
terlebih dahulu. Dengan polosnya dia senyum ketika mengetahui saya baru sampai.
“Tunggu sebentar.” ucap saya kepadanya ketika tatapan mata kami saling bertemu.
Akhirnya dia menunggu saya yang sedang kebingungan mencari tempat parkir.
Setelah saya selesai mencari parkir,
saya menemaninya untuk menjalankan sholat Ashar. Dia memberikan saya pilihan
melalui pertanyaannya, “Mau ikut? Atau mau nunggu di mana?” saya membalasnya, “Udah,
aku ikut aja.” akhirnya kami berjalan menuju mushola. Setelah dia sholat,
diantara kami berdua kebingungan kemana kaki harus melangkah. Dan akhirnya kami
memutuskan untuk ke toko buku. Dia itu lucu. Awalnya ketika di toko buku
tersebut saya berbelok ke arah kiri di mana letak buku berbau psikologi ada. Saya
kira dia akan berbelok ke arah kanan di mana letak komik-komik biasanya berada. Ternyata dia
malah mengikuti saya dan bukan berbelok ke arah kanan. Lalu dengan cepat saya
bertanya, “Kok gak liat komik?” dia menjawab, “Enggak, udah liat semua
komiknya.” ujarnya. “Lah, kok tumben banget.” ucap saya dalam hati.
Setelah mengitari toko buku tersebut
hingga bosan, saya memutuskan untuk keluar. Mengitari salah satu Mall yang ada
di bilangan Bintaro. Setelah bosan juga untuk mengitari Mall tersebut, kita
keluar untuk mencari jajananan untuk berbuka puasa. Karena sama-sama bingung
untuk berbuka dengan apa, saya menyarankan untuk membeli gorengan yang ada di
seberang jalan. Oke, saya paling tidak bisa yang namanya menyeberang jalan
karena saya memiliki trauma yang mendalam, yang menyebabkan saya menjadi cacat
seketika jika harus berurusan dengan menyeberang jalan. Awalnya saya berusaha stay cool untuk tidak menunjukkan rasa
takut saya terhadap menyeberang. Namun, kendaraan pada sore hari itu sangat
ramai, benar-benar ramai dan padat dengan kendaraan. Saya menjadi takut, dan refleks
secara tidak sengaja saya memegang tangannya dan berteriak kecil. Dia justru tertawa dengan tingkah saya tersebut. Maklum, dia memang menyebalkan sekali
orangnya.
Setelah membeli sebungkus gorengan,
saya kembali untuk ke Mall tersebut. Masih, masih harus berusaha untuk
menyeberangi jalan yang ramai itu untuk bisa ke Mall itu. Agak ketakutan juga
sebenarnya jika kejadian yang tadi harus berulang. Namun, jalanan ketika harus
kembali tidaklah terlalu ramai. Saya memandangi kendaraan yang lewat melalui
badannya yang besar dan tinggi, kemudian mengikutinya berjalan. “Whoa, untung
saja tidak seekstrim tadi, kendaraan-kendaraannya yang lewat.” ucap saya dalam
hati. Setelah itu kami mencari bangku dan meja yang kosong, dan lima menit
kemudian akhirnya adzan Maghrib berkumandang.
Kami berbuka puasa dan duduk selama
lima menit sebelum ke mushola untuk sholat Maghrib. Dan pada pukul 18:06 WIB,
ketika kami mendatangi tempat untuk berwudhu, antriannya panjang bukan main. Oke,
setelah mendapat giliran untuk berwudhu dan selesai sholat, kami sekali lagi
mengitari ke tempat peralatan sekolah ataupun alat-alat musik. Setelah cukup
lama dan bosan, kami memutuskan untuk turun. Kami mencari bangku dan meja yang
kosong, dan akhirnya kami menemukan dan duduk di sana. Meja yang kami tempati
itu ternyata memiliki panjang kaki meja yang tidak sama dan membuat meja
bergoyang-goyang. Lalu dia mengganjalnya dengan plastik bekas tempat untuk
gorengan itu. Akhirnya meja tidak goyang lagi. Satu jam lebih kami habiskan
untuk duduk di sana tanpa bersua sama sekali. dan bersua hanya sesekali saja.
Setelah bosan juga untuk duduk dan
diam-diaman, akhirnya dia mengajak saya untuk mencari makan. Tapi lucunya dia
sendiri tidak ingin makan. Akhirnya justru dia yang membantu saya untuk
menghabiskan makanannya, karena jujur saja nafsu makan saya yang dulu, pergi
entah kemana. Setelah makan dan berbincang ngalor
ngidul dengannya sebentar, kami memutuskan untk menyudahi jalan-jalan kali
ini. Waktu itu pukul 19:52 WIB. Wah,
waktu tidak terasa sekali berjalannya.
Untuk berjalan keparkiran motor
lagi-lagi harus menyeberang jalan. Untung saja banyak penyeberang jalan saat
itu, jadi bisa nebeng untuk
menyeberang. Sesampainya di parkiran motor, ternyata saya dengan dia
memarkirkan motor dengan barisan yang sama namun dari ujung ke ujung. Setelah saya
bersiap-siap, saya menghampirinya dan berbaris untuk membayar tiket parkir
tersebut. Dan setelah selesai bertransaksi, akhirnya saya berpisah dengannya di
jalan. Saya berbelok ke kiri, sedangkan dia ke kanan.
Untuk ngabuburit kali ini, saya
tidak bisa menjadi pengamat karena biasanya posisi saya pada hari ini, yang
menjadi bahan untuk diamati; pergi dengan seseorang yang berlawanan jenis dan
hanya berdua. Well, ketika saya
dengannya dan saya bertanya kepada diri saya sendiri, “Apa dia yang mengajakmu
untuk buka bersama, akan membahagiakanmu nanti?”, atau, “Apakah dia yang
membuatmu tertawa di sepanjang langkah kakimu adalah orang yang tepat sehingga
kamu menghabiskan waktumu dengannya?”, atau, “Dia tahu kamu bahagia ketika
berada di dekatnya, apa dia juga merasakan hal yang kamu rasa?” Dan ya, saya
bisa gila beneran jika harus menjawab
pertanyaan sendiri yang seharusnya saya lontarkan pada orang-orang yang saya
amati di setiap saya ngabuburit.
Thanks, Jo.
ini ksh nyta mbk ? wkwk lucu crita'a . ad sneng'a ad sdih'a . feel'a dpet hwehe ;)
ReplyDeletewah daebak :O
ReplyDeletebagus"
ReplyDeletecie so sweet
ReplyDeleteseneng nieee senengg wwkwkw
ReplyDeletewadawwww..
ReplyDeletewoooohoo!!!
ReplyDeleteweleh"
ReplyDelete