Monday 7 July 2014

The Power of, “Syekh Siti Jenar.”

           “Dit, pakai baju warna apa, Dit?”

             Saya bertanya melalui pesan singkat. “Pakai baju putih sama rok kembang-kembang, Ret.” Sejenak saya berpikir, apa anak ini sedang berbunga-bunga, ya? Lamunan saya segera disadarkan oleh Istiqomah, “Itu kali, Ret, yang pake rok-kembang-kembang si Dita?” Saya segera mencari sumber yang dimaksud oleh Iis, begitu panggilan akrabnya. Saya dan dia sudah berteman semenjak SMA. Entah ini suatu kebetulan atau takdir, kita berada dalam satu fakultas dan jurusan yang sama, walau dikala itu, saya tahu kelas kita akan berbeda karena jalur masuk yang kami dapat berbeda. Saya melalui SPMB-PTAIN, sedangkan dia ujian tulis atau mandiri. Oh iya! Jadi lupa sama si Dita…

            Sebenarnya, saya dan Iis janji untuk ketemuam pada jam setengah 7 di dekat rel kereta Pondok Ranji karena harus ada test di tempat kami akan memulai kehidupan baru sebagai Mahasiswi. Kalau sekarang bukan suatu kebetulan lagi karena awalnya sudah direncanakan. Kurang lebih setengah jam perjalanan dari Pondok Ranji menuju kampus. Ketika memarkirkan motor, sebelum untuk bertemu dengan Dita, kami bertemu terlebih dahulu dengan Dinda yang kala itu sedang duduk di atas motornya. Terlihat dia sedang mencari seorang temannya, namun bukan satu jurusan. Akhirnya kita berkenalan dan sesegera pergi menuju kampus dan berkumpul. Dalam kerumunan orang ini, saya masih mencari sosok Dita. Saya tak bisa menangkap di mana sumber Iis bisa melihat cewek dengan mengenakan rok kembang-kembang. Akhirnya ada pesan masuk, “Kamu pakai baju Orange, kan? Duduk di samping motor?” Dan akhirnya, petunjuk yang saya beri, dapat dia pahami. Ketika di suruh untuk segera masuk, saya dan Dita sesempat mungkin mengucapkan beberapa patah kata. Lalu kami berpisah.

            Sebelum mengikuti test tambahan, saya diperkenalkan secara langsung oleh kakak panitia opaknya, tentang mentor yang akan membantu saya selama masa opak nanti. Saya kebagian mendapat kelompok satu dan dua orang mentor, yaitu kak Anggita dan kak Gunawan. Namun pada saat itu, yang terlihat hanyalah kak Gunawan, karena kak Anggita tersebut sedang melaksanakan KKN. Ketika terdengar suara, “Untuk kelompok Sosiologi 1: Syekh Siti Jenar, harap mengikuti mentornya untuk melaksan test.” Saya bergegas untuk mencari sang mentor dan berjalan di belakangnya. Lalu selain saya dan Dita, ada yang mengikuti juga dari belakang. Ada satu cewek dan 3 anak cowok. Pada waktu itu, saya belum mengenal muka selain Dita, namun saya tahu nama-nama dari kelompok satu ini. Setelah cukup akrab dengan Dita, kita berkenalan dengan semua kelompok. Oke, saya tahu yang mana yang namanya Yasser, Ubay, dan juga Ihsan.

            Pada hari ini, tepatnya tanggal 24 Agustus 2013, semua peralatan yang harus dibawa diberitahukan semuanya. Awalnya ada kesulitan untuk menebak nama-nama aneh yang akan menjadi bawaan kami, namun itu tak seberapa dengan topi penyihir dan name tag berupa perisai dengan segala ukurannya yang haarus dibawa tiga hari lagi pada saat opak berlangsung. Akhirnya, selama tiga hari itu kami semua menghabiskan waktu di kampus untuk membuatnya. Makin lama, mereka saya anggap seperti keluarga karena semakin lama kita bersama, semakin terasa kekeluargaannya kala itu. Tiga hari terlewati, akhirnya topi, name tag, dan peralatan yang dibutuhkan telah selesai dan terkumpul semuanya. Sekarang hari H di mana kita akan melaksanakan opak. Wah, terakhir saya menjalankan opka pada waktu SMA, sekarang sudah opak lagi saja untuk yang terakhir kalinya; saya berpikir dalam hati.

            Selama opak? Jangan ditanya. Banyak kejadian luar biasa yang sampai detik ini tak bisa saya lupakan. Tetapi ada yang kurang dengan opak ini. Karena Yasser, tidak bisa mengikuti kegiatan opak lantana ayahnya sedang dirawat di rumah sakit dan hanya ibunya saja yang menjaganya. Saya sangat memahami nalurinya sebagai lelaki, begitupun kak Gunawan yang mengizinkan untuk tidak mengikuti opak. Dan, kelompok satu sosiologi ini hanya ada lima orang, sedangkan kelompok lain berjumlah enam sampai tujuh orang. Entah bagaimana bisa, namun di hari kedua opak, kita kelompok satu kedatangan tamu yang sebenarnya tak tahu asalnya darimana, yaitu Lutfhi. Uniknya, orang ini memiliki tanggal lahir yang sama dengan saya, namun dia lahir lebih awal satu jam daripada saya. Namun, dengan seenaknya dia mengklaim bahwa kita itu saudara kembar. Oh tidakkkk.

            Pada hari ketiga yang seru, kita memberi kado kepada kakak mentor yang telah membimbing kita dari awal melaksanakan test tambahan, hingga hari ketiga ini. Kegiatan memberikan kado ini terjadi ketika serangkaian acara yang ada telah rampung. Setelahnya, bersama senior dan maba yang lainnya, kami berfoto bersama. Tak lupa kita pun berfoto dengan mentor, namun hanya saya, Dita, dan Yuli yang berfoto dengan kak Gunawan, karena anak cowoknya sudah pada pulang terlebih dahulu karena waktu itu jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Berakhirnya opak inilah yang menghantarkan kami pada kelas yang sama, pada dua hari berikutnya...

02 September 2013, pukul 07:30 WIB

            Saya datang kembali untuk memulai kuliah perdana, yaitu mata kuliah Al-Qur’an dan Hadits. Saya kira pada awal perkuliahan aka nada jam kuliah, tetapi hanya perkenalan saja, begitupun seminggu kemudian. Yang awalnya merasa sedikit aneh dengan yang namanya kuliah, lama kelamaan semakin biasa rasanya. Hari demi hari kita lewati dengan berpencar, hanya tersisa saya dan Dita saja yang sampai saat ini masih berteman, yang lainnya bermain dengan teman pilihannya masing-masing. Padahal, jika mereka tahu, alasan saya untuk membendung diri untuk tidak menuruti niat saya keluar dari universitas ini adalah mereka.

            Janji yang telah terucap, ketika dari lantai tiga menuruni tangga hingga lantai bawah telah sirna. Dahulu ketika kita sedang asik berbincang, salah satu cowok-cowok di antara mereka ada yang berkata, “Tenang saja, aku akan selalu ada untukmu.” Yang kemudian di sambut dengan kata cieee dengan Dita. Ya, kala itu kita sedang bertiga, yang bergegas untuk pulang karena mata kuliah hari itu telah usai. Saya tahu dia hanya sekedar untuk menggombal, tanpa sadar langkah saya semakin cepat yang kemudian diikuti oleh Dita dan cowok ini. Saya bingung, semenjak hari pertama masuk kuliah hingga hari itu, dia menjadi pandai untuk bergombal. Lalu, tak saya gubris dan langsung meluncur dengan NOS. sebenarnya bukan masalah itu, tetapi saya merasa nyaman dekat dengannya dan memutuskan untuk segera meluncur sejauh mungkin menjauh darinya. Aneh, memang.


            Namun, sekarang ini saya telah memasuki semester tiga. Semester yang mungkin nantinya akan merubah diri saya dengan drastis karena dalam proses libur panjang ini, saya harus melewati proses mengikhlaskan dan merelakan yang luar biasa. Ya, saya akan mengetahui akhirannya, akhir yang cukup menyedihkan yang membuat saya menjadi seseorang yang tidak memiliki daya untuk melanjutkan kuliah kembali di tempat itu. Tetapi, seperti yang sudah saya bilang di atas, saya mengurungkan niat saya untuk keluar karena mereka. Kita itu satu, dengan mentor yang luar biasa hebatnya membuat saya semakin merasa terjerat dalam semua ini. Saya menyerah, saya tak akan membahas masalah ini lagi; karena mungkin kakak mentor akan kecewa dengan saya. 



Ini adalah foto ketika di hari pertama opak. Kita dari kelompok Sosiologi 1, "Syekh Siti Jenar."
Yang atas kiri, cowok yang jangkung itu namanya Noer Ubaydillah. Sebelahnya Dita Rismayanti, kemudian ada Yuliani Nandasari, lalu dilanjut ada saya disebelahnya. Disebelah saya itu Luthfi Baskara Lazuardi, dan yang pojok kanan atas itu Ihsan Kamaludin.
Sementara, yang posisi di bawah itu mentor kami, yaitu kak Gunawan dan kak Anggita. Oh iya, foto ini diambil oleh kamera hp temennya kak Anggita. Agak sedikit buram, ya? Temannya juga bilang begitu hehe.
Ada kejadian lucu sebelum foto. Awalnya, yang berada di samping kiri saya itu Ihsan, tapi, dengan lugunya Luthfi bilang, "Gua di samping kembaran gua dong." dan yaudah, otomatis Ihsan harus bergeser.
Anak-anak di belakang kakak mentor ini semuanya sekelas termasuk Yasser, dan kecuali Luthfi. Karena dia daftar ulang terakhir, jadi mendapati kelas yang berpisah dengan kita.
Sejujurnya, saya salut dengan kalian. Alasan kenapa saya salut? Rahasia...

2 comments: