Ini tulisanku, tentang essai yang disuruh buat oleh
kakak-kakak mentor sebelum mengikuti kegiatan opak dahulu. Jangan heran
bacanya, ya? Aku aja heran, kenapa bisa begini jadinya… Check this out!
Aku Anak FISIP
Sebelumnya
saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Retno Setyowati. Kedua
orang tua saya berasal dari daerah Jawa. Lebih tepatnya berada di Pacitan, Jawa
Timur. Tetapi, saya sendiri lahir di kota Tangerang Selatan yang sekarang bisa
dibilang menjadi tempat tinggal saya di Bumi Serpong Damai atau dikenal dengan
sebutan BSD. Saya sendiri adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dulu,
sewaktu saya berada dibangku SMP, saya pernah mempunyai cita-cita ingin menjadi
seorang penyiar radio karena saya suka mendengarka dan memerhatikan gaya bicara
seorang penyiar di radio. Lalu saya pun mulai berfikir untuk meneruskan SMA dan
mengambil kuliah di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Komunikasi. Dan benar
saja, ketika saya sudah mulai SMA dan diakhir semester kelas 10 itu saya
mengambil jurusan IPS. Saya mengambil jurusan IPS di SMA itu atas dasar pilihan
saya sendiri. Sebenarnya orang tua saya sempat memaksa dan menginginkan saya
untuk memilih jurusan IPA, dan memang benar ternyata nilai IPA saya lebih besar
di raport ketimbang nilai di IPS. Tapi, saya tetap kekeuh memilih jurusan IPS
itu karena saya lemah dipelajaran Fisika dan Kimia, tetapi saya sebenarnya tidak
suka dengan pelajaran di Geografi di IPS. Alhasil, setelah saya fikir
masak-masak, saya tetap pada pilihan saya: IPS.
Pada
awal masuk di kelas IPS, saya sempat mengira jika anak-anaknya pada
menyeramkan, menakutkan, dan suka tawuran atau minum-minuman keras seperti yang
ada di berita-berita di tv, juga termasuk cara mengajar gurunya yang
membosankan. Tapi, semua perkiraan saya itu salah. Memang, sebagian gurunya ada
yang mengajar terasa membosankan karena guru itu memang sudah mengajarkan saya
sejak kelas 10. Contohnya saat pelajaran Sosiologi pada awal kelas 10, saya
lebih suka mengobrol, mencoret-coret buku, atau melamun karena saya tidak
mengerti dengan apa yang beliau sampaikan. Tapi, semua kebiasaan saya itu entah
mengapa berubah pada kelas 11, yang mengajar memang guru yang sama dengan kelas
10 waktu itu. Tetapi, saya mulai sedikit tertarik dengan pelajarannya dan saya
berusaha merubah sikap saya yang sempat acuh tak acuh dengan pelajaran Sosiologi
maupun gurunya. Sampai akhirnya saya naik ke kelas 12, entah mengapa saya
semakin menyukai pelajaran ini karena Sosiologi sendiri adalah pelajaran yang
membutuhkan logika dan konsentrasi yang baik.
Tidak
terasa sudah dipenghujung kelas 12 semester kedua, dimana guru bimbingan
konseling di sekolah saya mulai sibuk
mencari dan memberi informasi tentang penerimaan mahasiswa/i baru untuk
muridnya dari kampus-kampus. Ketika ada pendaftaran SPMB-PTAIN di UIN Syarif
Hidayatullah, orang tua saya menyarankan saya untuk mendaftar dengan pilihan
jurusan yang pertama adalah Manajemen, kedua itu Sosiologi, dan yang ketiga
saya memilih Teknik Informatika. Sebenarnya, pilihan pertama dan kedua itu
bukan mutlak pilihan saya pribadi, tetapi ada campur tangan dari kedua orang
tua saya. Dan saya juga telah mendaftar SPMB Mandiri di UIN Syarif Hidayatullah
sebelum adanya pengumuman SPMB-PTAIN dengan jurusan yang sama. Setelah menunggu
lama akhirnya tibalah pengumuman dari SPMB-PTAIN, ketika saya membuka alamat
webnya, entah mengapa hati saya berdebar begitu cepatnya. Dan ternyata, saya
lulus di pilihan kedua, pilihan yang saya pilih sendiri. Awalnya sempat bingung
apakah saya nanti sanggup untuk ke depannya, tetapi orang tua saya meyakinkan
saya kalau saya pasti bisa. Maka otomatis, saya sudah tidak perlu lagi
mengikuti test SPMB Mandiri, karena sudah diterima di jurusan yang saya akan jalani
ke depannya. Tetapi kemudian saya diam dan merenung sejenak, mengingat saya
yang telah mendaftar SBMPTN dengan pilihan Universitas Gadjah Mada jurusan
Manajemen dan Sosiologi, dan Universitas Negeri Jakarta dengan jurusan
Manajemen. Saya ingin mencoba mengikuti test tersebut tanpa harus melepaskan
apa yang saya telah saya dapat karena daftar ulang dan pengumuman SBMPTN ini
tanggalnya sangat bentrok. Akhirnya hari-H SBMPTN pun saya lewati dengan tidak
banyak berharap kepada hasilnya itu. Sebelum test SBMPTN pun orang tua saya
menyarankan agar tetap untuk di UIN. Dan, saya menuruti apa yang mereka bilang,
karena pendaftaran UIN lebih dulu ketimbang pengumuman SBMPTN tersebut.
Akhirnya, tibalah saat pengumuman SBMPTN. Namun sayang, kedua universitas ini belum
rezeki untuk saya. Dan saya tidak terlalu menyesal karena telah mengambil
keputusan yang tepat dengan mengikuti saran dari kedua orang tua saya.
Sempat
bingung dan tak terfikir oleh saya sesungguhnya ketika saya bisa masuk dalam
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – UIN Syarif Hidayatullah karena bisa
dibilang saya adalah anak yang cukup pemalu, pendiam, dan tidak terlalu aktif
dalam kegiatan-kegiatan dalam organisasi apapun. Bukan, bukan berarti saya
tidak memiliki jiwa sosial yang tinggi. Tetapi, jujur entah mengapa saya dulu
kurang begitu tertarik dengan dunia sosial dan perpolitikan karena bisa
dibilang saya malas untuk sekedar melihat atau membaca berita. Dan pandangan
saya berubah ketika saya mulai memasuki dunia SMA. Memang, pada awalnya pun saya
tidak begitu menyukai pelajaran PPKN ataupun Sosiologi. Karena selain faktor
gurunya yang selalu membosankan ketika menerangkan, atau faktor yang lainnya.
Dengan
adanya saya disini, menjadi bagian dalam perkumpulan mahasiswa/i Fisip UIN,
saya menanam sedikit cita-cita dan
harapan besar untuk masa depan saya. Semoga dengan saya melangkah disini, saya
bisa menjadi orang yang berguna untuk sesama maupun nusa dan bangsa. Dan untuk
kesan-kesannya, ngeriii.
Mungkin, agaknya sedikit mengganjal dengan cerita di atas. Tapi, tak masalah. Karena tak pernah ada yang tahu bahkan mengerti, mengapa aku menulis ini; walaupun tugas ini adalah tugas opak.
To be continued...
Waw ,aq terenyuh ..
ReplyDelete