Don’t
go out and play
I just dream all day
They don’t know what’s wrong with me
And I’m too shy to say
I just dream all day
They don’t know what’s wrong with me
And I’m too shy to say
It’s
my first love
What I’m dreaming on
When I go to bed
When I lay my head upon my pillow
Don’t know what to do
What I’m dreaming on
When I go to bed
When I lay my head upon my pillow
Don’t know what to do
My
first love
He thinks that I’m too young
He doesn’t even know
Wish that I could tell him what I’m feeling
’cause I’m feeling my first love
He thinks that I’m too young
He doesn’t even know
Wish that I could tell him what I’m feeling
’cause I’m feeling my first love
Mirror
on the wall
Does he care at all
Does he ever notice me
Does he ever found
Does he care at all
Does he ever notice me
Does he ever found
Tell
me teddy bear
My love is so unfair
Will I ever found away
An answer to my pray
For my first love…
My love is so unfair
Will I ever found away
An answer to my pray
For my first love…
Lagu ini, lagu sejutaa kenangan terburuk. Kejadian tentang
10 tahun yang lalu, penghantar sebuah luka dalam yang tak nyata. Aku tak tahu,
apa makna dan arti sesungguhnya tentang lagu ini dengan kejadianku yang telah
silam. Telah lama ku memendamnya sendirian, tanpa ada yang tahu ada apa
sebenarnya dengan 10 tahun-ku yang lalu.
Kejadian ini terjadi tepat di bulan Februari, tanggal 24
tahun 2004 pukul 06:00 WIB, 10 hari selepas hari Valentine. Aku duduk dibelakang,
di dalam mobil. Aku mengambil posisi dipinggir sebelah kiri dekat dengan kaca
bersama-bersama dengan saudaraku yang lain di dalamnya. Aku dan mereka duduk
tenang, dan terlihat tampak riang dengan tujuan ke Bandung. Kami akan
menghadiri pernikahan om, begitu ku menyebutnya. Mobil berjalan pada kecepatan
yang normal. Lalu tiba-tiba, laju kecepatan mobil berkurang ketika melewati ITC
BSD. Aku diam, memperhatikan jalanan. Tanpa kusangka, dalam jarak 1 km, aku
melihat sesuatu kejadian yang miris. Namun sayangnya, kita berbeda jalur arah.
Di seberang jalanan, menuju Taman Kota I, ku menyaksikan
peristiwa mengenaskan. Peristiwa yang sampai saat ini tak bisa ku lupakan entah
apa alasannya. Di sana, aku melihat sebuah keluarga. Ya, keluarga. Tak tahu
menahu jelas ceritanya bagaimana, yang kulihat saat itu adalah seorang istri
dalam posisi tertidur terlentang, sang suami yang berusaha membangunkan
istrinya, dan seorang anak laki-laki yang sedang menciumi tangan kiri ibunya. Aku
menarik kesimpulan bahwa keluarga tersebut baru saja mengalami kecelakaan
dengan motor yang terlihat rusak berat berada tak jauh posisinya dari sang anak
lelaki tersebut, tetapi tidak terdapat luka mematikan yang tampak di sana.
Aku, yang saat itu belum genap berusia 9 tahun dan sedang
berada dibangku kelas 3 SD harus menikmati peristiwa seperti ini. Aku hanya
menatap kaku ke arah kejadian tersebut tanpa berkedip sedikitpun karena
posisiku yang dekat dengan jendela terlihat begitu jelas. Aku tersekat dan
terjebak dalam penglihatanku sendiri. Bagaimana tidak, jika sang suami berusaha
untuk membangunkan istrinya yang sudah kaku tidak berdaya sambil menangis dan
anak laki-lakinya yang terus saja menciumi tangan ibunya yang mungkin saja dia
tidak tahu jika saat itu ibunya sudah tidak ada, dan masih mengira ibunya
tertidur karena tak sesegera mungkin membelai lembut kepala anaknya?
Banyak
orang yang berlalu-lalang dengan kendaraan pribadinya melewati mereka, tetapi
tidak satupun dari mereka yang ingin berhenti dan menolongnya. Makin miris saja
menyaksikan hal ini ketika ku tak melihat luka mematikan di sekitar mereka. Dan
akupun mengambil kesimpulan lagi bahwa luka mematikan tersebut terletak di
dalam. Ya, sang istri mengalami luka dalam yang mengharuskan menghembuskan
nafasnya di tempat kejadian perkara. Entah alas an apa aku mengambil kesimpulan
bahwa ibu ini telah tiada, tapi aku meyakininya melalui sikap dari sang suami.
Keadaan
dalam mobil mendadak hening, diam, sunyi tak ada kehidupan. Mobil melaju dan
semakin menjauhi kejadian itu. Aku yang masih menatap kosong kejadian tersebut,
tetap menatap kaku ke arah mereka. Semakin menjauh, dan jauh, aku baru bisa
menyadarkan diri. Aku bertanya pada diri sendiri, “Apa yang sebenarnya barusan
aku saksikan? Nyatakah? Atau aku masih bermimpi?” pertanyaanku mengulang, dan
seterusnya mengulang walaupun aku tak akan mendapatkan sebuah jawaban dari
lamunanku tadi. Sepanjang perjalanan menuju Bandung, pikiran ku kacau dan tak
karuan. Entah apa penyebabnya, aku tak tahu pasti.
Ketika
saudara-saudaraku tertidur dalam perjalanan, aku masih diam melamun menanyakan
pertanyaan yang tak akan aku dapat penrnyataannya. Jujur aku lemas melihat
peristiwa itu atau aku memang terlalu berlebihan saat itu. Namun, tiap tahun
silih berganti, kejadian itu masih melekat dalam ingatanku. Aku tak bisa
melupakannya sedikitpun. Apalagi di saat aku mendengarkan lagu Nikka Costa – First Love dan Secondhand
Serenade – Why, entah mengapa pikiran saya berada 10 tahun jauh di belakang
sedang melihat dan mengingat kejadian itu. Dulu, aku sempat trauma ketika
mendengarkan kedua lagu ini yang jelas-jelas antara makna, nada, dan liriknya
tidak menggambarkan tentang peristiwa 10 tahunku. Entahlah, sampai saat ini,
aku paling takut mungkin bahkan trauma ketika melihat ada orang kecelakaan di
jalan raya. Karena ketraumaanku akan orang kecelakaan tersebut ingatkanku akan
10 tahun yang laluku dengan kelam. Dan juga, aku takut menyeberang di jalan
raya.
Bayangkan, ketika anak kecil polos
yang tak mengerti apapun, harus melihat kejadian seperti ini. Akan terbawa
sampai dewasakah, kejadian yang terdahulu?
No comments:
Post a Comment