Sunday 9 August 2015

Bukan Bintang Biasa.




Once upon a time, ada sebuah bintang
Yang bersinar terang di hatimu
Ku akan datang lagi menjemputmu dengan cinta
Kan kubagikan semua bintangku

Ku miliki bintang, bukan bintang biasa
Ku bisa hapuskan semua dukamu
Ku tak akan menghilang, slalu ada di hatimu
Memberi bintang hanya untuk cinta

Reff:
Dan yang terbaik selamanya bersama
Akan ku bagikan bintang ku demi cintamu
And when you keep on believing
Thousand miles can be seized by running
The miracles can do things though can’t do


            Tulisan di atas merupakan lirik lagu yang berjudul Bukan Bintang Biasa. Bintang. Memang siapa, sih, yang tidak menyukai bintang? Dengan bentuknya yang unik dan selalu bersinar di setiap malamnya; menemani sang bulan untuk memberikan penerangan, bintang terlihat cantik dan sungguh menawan dengan jumlahnya yang tidak bisa dihitung dengan jari. Iya, mereka memang ribuan jumlahnya. Berbicara soal bintang, jujur saja dahulu saya memiliki cita-cita ingin menjadi seorang pilot. Terbang jauh ke langit dan menapaki bulan yang terlihat besar di mata anak-anak berusia 5 tahun pada saat itu. Keinginan untuk memetikan bintang pada saat saya masih kecil sangatlah tinggi. Dan saya baru menyadari, bahwa bintang yang tengah bersinar kala itu tidak bisa untuk dipetik.

            Sama seperti di kebanyakan dongeng-dongeng yang ada, setiap malamnya saya selalu menatap langit-langit yang dipenuhi kilauan kecil berwarna putih. Berharapkan ada satu-dua buah bintang yang akan terjatuh dan saya bisa meminta permintaan pada bintang jatuh tersebut. Ah, namanya juga dulu saya hanyalah anak kecil yang masih polos dan lugu. Namun, kepolosan dan keluguan masih terbawa hingga saya beranjak dewasa saat ini. Bintang. Definisi akan bintang pada saat saya masih anak-anak dengan definisi bintang ketika saya sudah dewasa tidaklah ada bedanya; sama-sama masih menerangi dunia dengan kilaunya yang cerah. Dan bintang pun selalu setia menemani bulan ketika di malam hari.

            Saya pernah hanya berdua saja melihat bintang-bintang yang bertebaran di langit malam hari dengan indahnya bersama seseorang yang kala itu menjadi bintang yang bersinar di dalam hati saya. Iya, jadi saya melihat bintang di langit bersama bintang di hati. Bisa dibilang, pada hari itu, malam itu, tak akan ada yang bisa menggantikan dan digantikan dengan malam-malam lainnya. Pasalnya, bintang yang ingin saya petik ketika masih kecil, nyatanya ada di samping saya. Di sebelah saya. Pada saat itu, saya merasakan bahwa keinginan saya terdahulu baru terwujudkan pada hari itu. Saya senang. Senang teramat senang. Senang yang bukan main rasa senangnya. Bintang yang saya punya waktu itu dapat menyembuhkan duka yang dulu sempat saya pendam sendirian.

            Namun, saya tak bisa terus-terusan mendekap bintang tersebut. sama lagi dengan kisah yang ada di dongeng, bintang tersebut jatuh entah kemana, Sebelumnya, saya sempat memiliki sejuta harapan terhadap bintang itu. Bintang yang saya punya sama persis dengan yang ada di dongeng-dongeng; dia mengabulkan setiap harapan yang saya sampaikan. Namun ketika bintang tersebut akan terjatuh, saya tidak bisa lagi mendekapnya dan tidak bisa lagi mengutarakan apa harapan-harapan serta keinginan yang masih saya ingin capai dengan bintang tersebut. Saya sedih. Sedih teramat sedih. Sedih yang bukan main rasa sedihnya; karena keinginan saya ketika masih kecil, tak bisa selamanya berjalan sesuai dengan keinginan. Berharap bintang tersebut mendengar dan mengabulkan setiap harapan saya. Dan saya mengerti. Sangat-sangat mengerti.

             Lirik lagu di atas sedikit menyinggung kata miracles atau keajaiban. “Kalau kamu tetap mempercayakan hal itu, keajaiban yang ada akan mematahkan segala ketidakmungkinan.” kata-kata yang saya dapat dari petikan lirik lagu tersebut meembuat saya yakin. Tapi jujur saya tidak tahu apa yang saya yakini; apakah saya harus yakin, akan ada bintang yang sama persis seperti sinar miliknya dulu? Atau saya harus yakin, bintang yang dulu sempat terjatuh akan bisa mendengar segala harapan dan keinginan saya kembali? Saya tidak mengerti, haruskah saya menggantikan bintang yang dulu sempat menyinari saya atau pun saya harus menggantinya dengan bintang baru yang sinarnya tidak secerah seperti bintang pertama? Jujur saja, bintang yang dulu adalah bintang pertama yang benar-benar dapat menerangi kehidupan saya; bintang yang dahulu sempat ingin saya petik ketika saya berkeinginan untuk pergi ke langit yang luas.

            Saat ini, saya sedang tidak bisa mengungkapkan apa keinginan serta harapan saya kepada bintang-bintang di langit; termasuk bintang yang masih saya anggap spesial sampai detik ini. Jangankan mengungkapkan segala harapan saya, melihatnya bersinar saja saya tidak bisa; terasa gelap gulita. Bukan kenapa-kenapa, tetapi saya tidak bisa selamanya menaruh harap saya dan melihat sinarnya terus-terusan kepada bintang yang satu itu. Biar, untuk sekarang harapan dan keinginan saya memuai di udara dan akan terdengar oleh pencipta-Nya; Allah. Saya memiliki sedikit tulisan untuk satu intang yang saya sering tuju:

Kepada Bintang Itu

Hallo, bintang nun jauh di mata
Apa kabarmu? Semoga baik tiada tara
Cahayamu semakin sulit untukku lihat
Entah kau yang tak bersinar atau aku yang buta

                        Bintang, dahuluku sangat inginkanmu
                        Citaku sebagai pilot hanya untuk memetikmu
                        Sempat kau dengarkan segala pengharapan
                        Dengan adanya kau di sisi, kau kabulkan semua

Kurasakan dunia bagaikan surga saat itu
Melihat sinar yang terpancar dari senyummu
Ah, inikah bintang yang terjatuh saat itu?
Aku ragu, namunku terus saja tersipu malu

                        Akan ada saatnya ku melihatmu semakin jatuh
                        Semakin tak terlihat dan terasa semakin jauh
                        Sekarang harapku tak seperti dahulu lagi, tapi:
                        “Melihatmu tetap bersinar kala kau rasakan sakit”

Jangan takut terangi mereka yang butuhkanmu
Jika memang sinar cahayamu itu dapat membantu
Jangan ragu dalam perjalanan panjang penuh liku
Aku diam-diam di sini turut mendukungmu

                        Karena percayalah, bintang yang ku kasihi
                        Ada yang butuhkan cahaya terkasih yang kau miliki
                        Tetaplah bersinar, tetaplah pancarkan cahaya yang indah
                        Karena masih ada banyak dunia gelap yang butuhkan cahaya...

8 comments:

  1. puisinya jleeebbbbbbb</3

    ReplyDelete
  2. menyentuhhhhhhhh!!!!!!!!!!!

    ReplyDelete
  3. hmhmhm,no comment.

    ReplyDelete
  4. om omooooo :-O

    ReplyDelete
  5. Kadang bintang itu terasah dekat walaupun bintang itu tak nampak 

    ReplyDelete
  6. sedih cuyy gue bcanya... lanjutkan.

    ReplyDelete