Monday 3 August 2015

Keajaiban Sebuah Doa.

Hasil gambar untuk animasi berdoa



          Siapa, sih, yang tidak pernah berdoa? Saya rasa, setiap manusia pasti pernah dan sering memanjatkan suatu keinginan atau pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mungkin, hanya ada segelintir dari mereka yang tidak pernah berdoa; mereka yang termasuk orang-orang atheis. Sebenarnya, orang yang atheis ini bukan berarti pula mereka tidak pernah berdoa karena mereka tidak memiliki agama; mereka memiiki agama, tapi kurang meyakini agamanya yang dianutnya tersebut. Hewan dan tumbuhan serta benda-benda mati yang lainnya saja selalu berdoa kepada Allah. Jadi, bisa dipastikan seluruh ciptaan-Nya selalu memanjatkan doa kepada Allah.

            Doa, kalau menurut saya pribadi, adalah suatu pengucapan atas segala harapan dan keinginan serta rasa syukur atas suatu hal yang terjadi pada kehidupan sehari-hari saya. Saya menganggap doa itu seperti suatu ruang dan dimensi yang tidak bisa ditembus oleh raga, dan hanya bisa disentuh oleh jiwa saja. Wih, asiklah bahasanya. Tapi memang itu yang saya rasakan selama ini ketika saya berdoa. Terlebih lagi, ketika saya mendoakan sesuatu yang saya yakini, dia akan mendengar dan mengetahuinya secara sekilas.

            Iya, tak lupa selalu saya panjatkan doa kepada dia yang masih saya anggap cukup berarti di kehidupan saya. Doa yang saya lanturkan untuknya bukan hanya sekedar doa biasa bagi saya. Sebab, dengan melibatkan Allah sebagai orang ketiga ini juga merupakan sebagai bentuk sarana komunikasi antara saya dan dia. Karena ketika kami sedang  bersama-sama dahulu, memang selalu ada Allah yang menemani langkah kami berdua. Maka, sudah tak asing lagi jika saya selalu melakukan komunikasi, walau dia sama sekali tidak mengetahui hal tersebut.

            Mungkin dengan memutuskan komunikasi antara saya dengannya, dia berpikir hal ini tidaklah masuk akal. Sebenarnya, saat saya memutuskan untuk membatasi komunikasi dengannya, saya berpikir pasti ada cara lain. Oke, dan akhirnya kami loose contact tetapi saya mengetahui cara lain tersebut adalah dengan mendoakannya tanpa henti. Cara ini saya ganti sebagai dari komunikasi yang tidak bisa dilakukan lagi secara langsung, dengan pihak ketiga yang ada; Allah.

            Sebenarnya, tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara saya berkomunikasi dengannya ataupun tidak. Perbedaannya hanya terletak pada intensitasnya komunikasi yang dilakukan. Seperti, saat saya sedang berchatting ria dengannya. Otomatis, saya tahu saat itu dia sedang apa, sudah makan atau belum, atau dia tidur larut malam atau tidak, dan tak jarang kita berdua bercanda-canda seperti anak kecil hanya melalui social media. Saat bertemu untuk sekedar menghabiskan waktu berdua juga, dia yang paling sering menghibur saya. Dan ketika dia sedikit lengah dengan saya, saya berlari untuk mencari tempat bersembunyi dan rencana untuk mengagetkan selalu gagal.

            Dan sekarang, saya sudah tidak memiliki komunikasi yang cukup intens dengannya karena memang saya yang mau untuk sekedar menenangkan diri. Tidak dapat mengetahui aktivitas yang dia lakukan selama seharian, tidak bisa menyembuhkan rasa rindu yang selalu muncul ketika saya melamun, dan dia tidak akan memberikan waktunya kepada saya untuk sekedar menghabiskan berdua. Ah, benar-benar berbeda rasanya, serius. Tapi, mungkin dengan jalan yang berbatu seperti ini, kita berdua bisa dengan mudah saling melupakan; walaupun tidak dengan saya. Baik dulu maupun sekarang, hal yang masih sama terjadi adalah, “Saya masih tetap mendoakanya, walaupun keadaannya sudah berubah, sekarang.”


            Karena memang seberubah apa pun keadaannya, doa yang saya panjatkan untuknya tidak pernah berubah sama sekali. Masih sama persis seperti dulu; seperti awal saya mengenalnya. Doa masih tetap menjadi perantara  saya dengan dia. Karena saya tidak pernah sama sekali meragukan kekuatan doa; sebab saya selalu meminta ataupun berharap melalui doa, dengan rencana-rencana Allah yang tersembunyi dibalik setiap doa yang saya selalu sebutkan. Saya selalu percaya, doa yang terpanjatkan, akan terdengar oleh dia yang selalu saya doakan; karena saya berhubungan dengan ciptaan-Nya langsung dengan pencipta-Nya.



6 comments:

  1. puisinye keren kali laaaa ... hhaha

    ReplyDelete
  2. mantap selalu lah (y)

    ReplyDelete
  3. 'karena saya berhubungan dengan ciptaan-Nya langsung dengan pencipta-Nya.' dalem bgt kata" ini :'D

    ReplyDelete
  4. doa doanya terkabull nih cieeeew

    ReplyDelete