“Kamunya sini
keluar dari rumah.”
“Aku enggak
dibolehin keluar rumah, lagi dikurung sama Mama. Tapi, aku bisa liat kamu dari
jendela kamar aku. Kalau aku enggak keluar sampai jam 12, kamu masuk ke rumah
kamu aja ya, cuaca kayaknya agak mendung.”
(Ternyata, hujan
deraspun mengguyur dengan penuh dendam.)
“Enggak mau, aku
mau nunggu kamu di sini..”
“Masuk rumah! Itu
kamu menggigil begitu.”
Saya terlihat panik karena tidak
bisa berbuat apa-apa dari dalam kamar, melihatnya duduk sembari mengigil
kedinginan karena dengan bodohnya di saat hujan masih menunggu saya yang jelas
tidak diperbolehkan untuk sekedar keluar dari kamar. Saya semakin panic dibuatnya
ketika pesan singkat saya tidak dibalas olehnya. Lalu, saya lihat mengintio
keluar jendela, ternyata dia tertidur. Bukan, bukan tertidur, tetapi dia
pingsan akibat kedinginan. Semakin panik, saya sesegera mungkin untuk menelepon
hpnya, ternyata tidak diangkat. Saya intip sekali lagi, dia masih dengan posisi yang sama, tidak
berubah. Semakin kebingungan hingga 2 jam baru dia mengabari saya.
Cerita ini berhubungan dengan postingan saya yang
berjudul, “Sebut Saja Secret Admirer.” Entah ada apa dan mengapa, lagi-lagi dia
kembali hadir ke mimpi saya. Terakhir bertemu di hari jum’at kemarin, saya
rasa, tidak ada kejadian apapun yang menurut saya spesial untuk dijadikan mimpi.
Semuanya terjadi dengan normal, tidak ada yang melebihkan hingga harus bermimpi
demikian. Yang lebih membingungkan lagi, kenapa dia harus rela kedinginan
karena kehujanan, demi saya?
Memang, respons pertama ketika saya membukakan mata
adalah senyam-senyum enggak jelas. Memikirkan kembali mimpi yang baru saja saya
impikan, kemudian sedikit bergumam, “Kayaknya, hal yang seperti ini mustahil
terjadi kepada saya, apalagi dia yang melakukan demikian.” Lalu saya bergegas
untuk segera membersihkan diri, kemudian menuliskannya pada tulisan ini.
Jika dipikirkan kembali, mimpi itu terlalu berlebihan
untuk terjadi. Berhubung, tidak hanya saya saja yang menyimpan kekaguman pada
dirinya, tetapi beberapa wanita yang saya kenal ataupun tidak, pasti tidak terhitung
jumlahnya. Dia ramah dan pandai, makanya tidak heran jika banyak bergelimangan
wanita di hidupnya. Saya tidak habis pikir jika, saya adalah salah satu wanita
yang beruntung, yang bisa memenangkan hatinya dan menyingkirkan wanita-wanita
yang terpesona padanya. Ah, lagi-lagi saya bermimpi.
Antara mimpi dan kenyataan, saya bisa melihat bahwasannya
mimpi berbanding terbalik dengan kenyataan. Hal ini yang membuat saya
memantapkan diri untuk mundur dan menunggu yang lain. Hmm, soal menunggu, sebenarnya
saya telah menunggu seseorang yang tidak saya kenal namun bisa saya bilang,
sedikit pasti. Kenapa bisa saya bilang sedikit pasti? Karena hal terselubung
ini yang telah memastikannya. Dia adalah kakak kelas saya sewaktu di SMP. Saya mengetahui
sedikit ceritanya dari orang tua saya, karena orang tua dia dan saya berteman,
dan antara saya dan adiknya yang sebaya dengan saya juga cukup kenal, dan
antara adik saya dengan adiknya yang paling kecil berteman ketika SD. Dan satu
hal yang saya ketahui lagi, dia sedang menuntut ilmu di Kairo, Mesir, berkat
kecerdasan yang dia punya; setelah selesai SMP, dia mendapat beasiswa ke Kairo
dan hingga sekarang kuliah juga masih berada di sana.
Tentang dia? Wah, saya tidak tahu apapun tentangnya. Tentang
rupanya, suaranya, bahkan sekedar namanya pun saya tidak tahu. Bisa dibilang,
saya sedikit tahu tentang dia. Tapi, ketika mendengar tentangnya melalui cerita
Mama saya, tak tahu kenapa saya yakin untuk menunggunya. Walau sesekali saya
merasa takut jika dia, yang saya tunggu tidak akan datang kepada saya, rasa
yakin dalam hati saya semakin kuat. Rasa apa
ini, ya Allah?
Dear seseorang yang di sana...
Lekas pulang, agar saya bisa tahu faktanya seperti apa
Saya janji, sebisa saya
Saya akan menunggu kamu...
Menunggu itu letih,selama ada kekuatan hati&keyakinan teruskanlah....:D
ReplyDelete