“Kupetik bintang untuk kau simpan
Cahanya terang berikan kau
perlindungan…”
S
|
aya adalah seorang
pemimpi dan seorang yang suka memimpikan sesuatu. Apa bedanya? Antara pemimpi atau memimpikan sama saja menurut saya,
yang artinya bermimpi akan sesuatu; mencita-citakan sesuatu yang susah atau
tidak mungkin untuk dicapai meskipun dalam keadaan tidak tidur. Ya, saya suka
mengkhayal; mengkhayal yang menurut saya sulit saya gapai, tentang mimpi-mimpi
saya. berangan yang bukan-bukan.
Jika ditanya, “Apa
kamu sudah bisa menggapai mimpimu yang seperti bintang itu?” Maka saya akan
menjawab iya dan tidak atau belum. Karena
apa? Sebenarnya, saya bukanlah orang yang terlalu plin-plan meski terkadang
saya merasa plin-plan dengan pilihan yang ada. Karena ada alasan dibalik
jawaban iya dan tidak atau belum. Alasan?
Seperti ini:
· Saya
menjawab iya karena dahulu saya
sempat untuk menggapai mimpi seperti bintang, dan berusaha bersinar dengannya
di langit luas. Tapi, dengan berbagai keterbatasan yang saya miliki, saya
menjadi sadar diri bahwasannya saya tak pantas bersinar seperti bintang,
mensejajarkan posisi saya, bahkan bersinar lebih terang dari bintang itu.
Sebisa mungkin saya berusaha untuk menyetarakan agar sinar saya tidak terlalu
redup ataupun terang. Namun, akhirnya bintang ini yang mulai meredup dan
menghempaskan saya kembali untuk jauh dari mimpi seperti bintang tersebut. Ya, saya terlalu lemah untuk mendampingin
bintang ini. Saya terlalu tidak pantas dengannya.
· Saya
menjawab tidak atau belum karena setelah saya dihempaskan
begitu saja, saya menjadi sedikit takut untuk bersinar bersama bintang,
menyetarakannya. Tapi ada yang berbeda dengan bintang kedua walau saya sedikit
tahu bagaimana keadaan bintang kedua ini. Bintang ini bersinar dengan gagah
jauh lebih terang dibanding dengan bintang pertama. Jangankan untuk
menyetarakan sinar bersamanya, bersinar dihadapannya pun saya sedikit ragu.
Namun, dari keraguan ini munculah keyakinan untuk memperbaiki diri walaupun
saya tahu hasilnya akan berada jauh di bawah mereka yang sudah dalam keadaan
baik saat ini. Untuk memimpikan bersinar dengan bintang yang kedua ini, sangat
kecil harapannya. Tapi dia sanggup untuk memberikan sedikit setruman kecil kepada
saya agar saya dapat setidaknya sedikit bersinar.
Berbicara tentang kedua bintang di
atas; antara bintang pertama dan kedua, bisa dibilang perbincangan yang sangat
berat untuk saya. untuk bintang pertama, sebenarnya saya saat itu berada jauh
dengan bintang ini. Sama halnya dengan bintang kedua, saya justru lebih
merasakan kejauhan dengan bintang ini. Namun ada perbedaan di kedua bintang
ini, jika bintang pertama sanggup untuk memahami keadaan saya bahwa saya tidak
terlalu bisa untuk mensejajarkan diri dengannya dan bersinar seadanya namun
sinarnya cukup membuat orang lain dapat melihat, lain halnya dengan bintang
kedua, yang harus sayalah yang memahami dan berusaha mensejajarkan diri walaupun
harus dengan perubahan yang cukup ekstra besar. Tapi perubahan yang besar ini
yang nantinya akan berbalik kepada saya; karena memang saya lakukan yang
berimbas kepada saya sendiri.
Saya tahu, antara bintang pertama dan
kedua dengan jelas bintang kedualah yang bersinar lebih terang; berada satu
tingkat di atas bintang pertama. Ketika saya berusaha untuk menyetarakan
bintang pertama ini saja, bintang ini menyerah. Lalu bagaimana dengan bintang kedua? Saya tak tahu, namun antara
bintang pertama dan kedua ini memiliki karakteristik yang berbeda; karena
mereka bintang yang berbeda pula. Lalu, akan saya apakan bintang-bintang ini?
Untuk bintang pertama, sebenarnya saya ingi sekali bersinar dengannya lagi;
namun apa daya dia sudah menyerah dengan saya dan saya putuskan untuk menyimpan
kembali bintang pertama ini di dalam mimpi. Lalu dengan bintang kedua? Saya
belum tahu untuk dapat bisa bersinar dengannya atau tidak. Yang pasti saya
tahu, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk setidaknya berada tidak jauh
dengannya. Karena dalam bintang kedua ini
saya menyimpan banyak mimpi.
Mengenai mimpi? Di kedua bintang
tersebut sebenarnya memiliki mimpi yang sama besar. Tapi untuk bintang yang
pertama, mimpi itu sudah tak lagi dapat untuk digantungkan kepadanya. Lain lagi
dengan bintang yang kedua dengan mimpi yang sama seperti bintang pertama. Masih
belum tentu untuk saya menggantungkan mimpi kepadanya, karena saya sendiripun
sedang belajar melompat, melompat, dan melompat agar dapat menghasilkan
lompatan yang tinggi untuk dapat bersinar dan menggantungkan mimpi yang ada.
Ya, saya sedang menunggu waktu untuk berpihak kepada saya.
Tentang harapan, sebenarnya
menggantungkan mimpi di kedua bintang itu merupakan suatu harapan. Tapi saya
berbesar hati untuk tidak terlalu berharap dengan kedua bintang tersebut,
terutama bintang yang kedua. Karena saya merasa takut dan berusaha untuk
belajar dari pengalaman yang saya punya dengan bintang yang pertama. Kembali
lagi ke kata “waktu”, jika saya dapat dan bisa dengan Restu-Nya pun saya akan
dapat bersinar dengannya dan mewujudkan mimpi saya menjadi realitas, nantinya.
Namun saya belum tahu untuk sampai kapan waktu membatasinya.
Karena untuk saat ini saya masih
belajar untuk melompat.
Melompat lebih tinggi; lagi, lagi,
dan lagi…
Semoga, saya tidak terlalu lelah
untuk selalu melompat. Amin.
bermimpilah tanpa batas,tp pikirkan resiko dr mimpi tsb....
ReplyDeletemantappppppp
ReplyDelete