Siapa
yang punya impian? Kayaknya, semua orang di dunia ini pasti punya impian
mendalam sendiri-sendiri; karena impian itu saya artikan sebagai keinginan yang
terpendam. Lalu, bagaimaina dengan cara perwujudan tentang impian-impian
mereka? Kalau ini sih, menurut saya tergantung usaha untuk mewujudkan dan seberapa
jauh mereka menaruh impian mereka itu. Namun, tidak begitu dengan saya. Saya
memiliki impian kecil yang baru-baru akhir ini terwujud. Ajaibnya, impian saya
ini terwujud tidak berdasarkan dengan usaha, namun datang dengan sendirinya. Aneh,
bukan? Saya pun turut bingung dengan hal ini; namun saya mensyukurinya. Impian kecil
saya ini saya letakan jauh di atas dan ujung sana; di langit lepas.
Jadi begini. Suatu hari saya sedang
meluangkan waktu akibat kepenatan dengan tugas-tugas kuliah yang ada; tentu
bersama dengan orang yang spesial menurut saya. Seperti biasa, ketika dengannya
saya merasa penat dan segala beban seketika runtuh. Dialah alasan atas semua
canda dan tawa yang pecah kala kita sedang bersama. Waktu itu kami memang
sengaja menghabiskan waktu berdua karena memang tujuan kami adalah untuk
berbalas dendam dengan keadaan yang tak kunjung berpihak kepada kami; waktu
untuk bersantai jadi ternodai akibat tugas-tugas yang menggunung. Akhirnya,
pada hari itu kami memilih untuk melakukan refreshing
bersama. Bukan, bukan di sini yang saya maksud dengan impian kecil saya yang
telah terwujudkan.
Waktu itu cuaca sedang
mendung-mendung kalem, karena doa yang saya lanturkan sedaripagi, akhirnya
cuaca adem ini berganti dengan teriknya menyinari Indonesia. Kami memang sejak
awal sudah memutuskan untuk rehat ke tempat yang sejuk; tanpa memperdulikan
cuaca yang terjadi pada saat itu. Lumayan lama kebersamaan kami untuk melepaskan
penat. Yang saya rasakan adalah waktu yang memang berjalan cepat, kala itu. Di antara
kami tidak ada yang mengindahkan jam; karena kebersamaan yang telah tercipta
enggan rasanya untuk pergi terlalu cepat. Namun, yang tadinya cuaca terik-terik
nyelekit dengan sinarnya, berubah menjadi udara dingin menusuk tulang. Ah,
ternyata sudah malam. “Krik… Krik… Krik…” bunyi jangkrik pun dapat terdengar
jelas dengan suara sayapnya yang khas.
Sebelum menjelang malam; pada sore
hari, mata kami di indahkan dengan pemandangan yang agung dari sang Ilahi. Pemandangan
langit kala itu agak sedikit galau,
kalau bisa saya katakan. Dari ujung ke ujung, warna yang dihasilkan tidaklah
sama. Ada sebagian langit yang berwarna oranye, biru muda, biru tua, bahkan
ungu pun juga ada. Padahal, tak ada hujan saat itu yang menyebabkan munculnya
pelangi. Namun, jujur saya akui, warna langit yang tercipta pada waktu itu
membuat saya berdecak kagum tiada henti. Hujan, tidak. Mau hujan pun, tidak. Justru
hanya angin yang besar yang mewarnai sore hari itu.
Masalah langit sore hari pun tak
lagi menjadi perbincangan hangat dengannya saat langit sudah mulai meredupkan
cahaya matahari. Gelap pekat, tak terlihat sama sekali terang rembulan yang
biasanya memberikan suatu kelengkapan di saat malam. Di sinilah awal mula
impian kecil saya terwujud. Memang kala itu tidak ada bulan yang dengan setia
menemani. Namun, ketika saya sedang memperhatikan langit yang pekat itu, saya
menemukan suatu titik kecil yang bercahaya indah di atas sana. Whoaa! Ada bintang!
Awalnya, saya tak begitu yakin dengan adanya satu bintang tersebut. Namun, dengan
secepat mungkin saya menebarkan pandangan saya dari langit di sisi lain ke sisi
lainnya. Akhirnya, saya menemukan beberapa bintang; satu… dua… tiga… Dan whoaa,
makin banyak bintang yang menampakan diri dan memamerkan kilau indah cahayanya.
Lagi-lagi, saya dibuat berdecak kagum dengan penampakan langit yang ada; untuk
yang kedua kalinya.
Dia yang berada di samping saya saat
itu, mungkin merasa aneh sekali dengan saya, dengan mengapa saya sebegitu
bahagianya menemukan bintang yang biasanya ada di setiap harinya dan terlihat
sama. Memang, tidak ada yang berbeda dengan bintang yang berada di hari Senin
ataupun bintang yang bermunculan di hari Rabu atau hari lainnya. Tapi, inilah
impian kecil saya yang telah terwujud, “Menyaksikan
kilau indah sang bintang, dengan orang yang spesial.” Mungkin hal ini
terlihat atau bahkan terdengar sepele untuk orang lain. Tetapi tidak dengan
saya. Karena hal inilah yang saya nanti-nantikan selama ini; dan akhirnya
terwujud juga.
Kami yang sedang berjalan beriringan
dengan seirama, yang sedang dilanda kesunyian akut, akhirnya saya berusaha
memecahkan kesunyian yang ada. Saya berkata, “Ah, indah banget. Makasih, ya,
Mon.” ucap saya. Seperti yang sudah diucapkan sebelumnya, dia memang terlihat
bingung dengan gelagat saya. Dengan cepat dia memalas, “Terimakasih untuk apa, Ret?” “Sudah,
iya-in saja.” Jawab saya dengan begitu polos. Mukanya yang polos kebingungan terlihat lucu. Saat itu yang kemudian dia meng-iyakan dengan anggukkan kepala tanda dia setuju.
Dapat saya simpulkan dengan cepat bahwa hari ini adalah hari paling indah yang
pernah saya lewati. Dari sekian ribu malam-malam yang saya lewati dengan
hambar, hari ini adalah satu hari di mana menurut saya adalah hari yang indah,
terlebih pada malam harinya. Akhirnya, tak lama tragedi itu kami yang memang
saat itu bertepatan sedang berjalan kearah parkiran dan ingin menyudahi
indahnya hari itu, telah sampai. Lalu kami berpisah dan tak ada lagi obrolan
menarik seputar langit yang sepanjang perjalanan menemani kami pada arah pulang
masing-masing.
Terdengar sepele, memang. Karena jujur
saya tak pernah mendapati pengalaman ini dengan orang lain pada sebelumnya;
baru dengannya impian saya terwujud. Seseorang yang spesial, keadaan yang
mengerti tentang keinginan saya, langit yang pekat dan dihiasi taburan bintang
dengan cahaya yang benderang, dan obrolan unik yang sempat terjadi sebelum masa
senyap menurut saya itu semua terjadi begitu. Impian kecil yang berkesan tanpa
harus adanya usaha yang tercipta; terwujud sudah.
“Terimakasih,
Mon, sudah mau menjadi bagian terbesar dari impian kecilku ini. Kamu mungkin
tak akan pernah mengerti akan hal ini, namun aku merasa bangga telah menggapai
impian yang berada jauh di sana dengan kamu. Kapan-kapan, kita lihat bintang
bareng lagi, ya? Ini lebih seru, lho, ketimbang harus duduk gelap-gelapan dan harus
terpaku dengan satu layar, yang cahayanya dapat merusak mata; nonton bioskop. Sekali
lagi, arigato gozaimasu.”
terharu rsny .... krnnn crtinyaaaaaaaaaaaaaaa
ReplyDeletecieeeeeeeeeeeehhhhh ..
ReplyDeleteq ptik bntanggg hewhe
ReplyDeletebintang kcil d langt nan biru,amat byk menghias angksa hha
ReplyDelete