Ucapkanlah kasih
satu kata yang kunantikan
Sebabku tak
mampu membaca matamu
Mendengar bisikmu
Nyanyikanlah kasih
senandung kata hatimu
Sebabku tak
sanggup mengartikan getar ini
Sebabku meragu
pada dirimu
Mengapa berat
ungkapkan cinta padahal ia ada
Dalam rinai
hujan, dalam terang bulan
Juga dalam
sedu-seda
Mengapa sulit
mengaku cinta padahal ia terasa
Dalam rindu
dendam, hening malam
Cinta terasa ada
Caramu mencintaiku
menjauhkan kecurangan
Seperti bintang
yang setia pada bulan
Memegang kukuh
janji menemani aku sampai mati
Terpasung hati
tulusmu mendampingi diriku
Makin aku cinta
Cermin sikapmu
yang mampu meredam rasa
Keakuanku memahami
cinta
Makin aku cinta
Cermin sikapmu
yang mampu meredam rasa
Keakuanku mengerti,
memahami cinta
Caramu memanjakanku
kau rujuki kesejukan pagi
Kau memasung hati
tulus aku memasrahkan diri
Jangan pernah
terbesit hati meragukan kesetiaan yang tercurah
Aku dan dirimu
ditakdirkan satu langit jadi saksi
Moshi-moshi, minna! Tulisan
saya kali ini di awali dengan dua buah lagu jadul alias jaman dahulu, yang sebenarnya tidak terlalu menggambarkan
sosok dalam kehidupan percintaan saya, tetapi saya menyukai kedua lagu
tersebut. (Lagi-lagi harus tentang cinta). Berbicara tentang lagu cinta, dari
kedua lagu tersebut memiliki kesamaan. Mereka berduet dengan pasangannya
masing-masing, namun hubungannya telah kandas di tengah jalan. Nyesek.
Yang pertama itu, lagunya Acha Septriasa Feat. Irwansyah yang
judulnya, “Ada Cinta”. Saya pertama kali mendengar lagu ini pada waktu SMP dan
di saat mereka masih menjalin hubungan berpacaran. Tentang lagu ini? Ah, jangan
ditanya. Dahulu saya pernah mengagumi satu kakak kelas saya sewaktu SMP. Entah perasaan
apa yang kala itu saya rasakan, saya tak bisa mendeskripsikannya secara jelas
karena waktu itu saya masih bisa dibilang bocah ingusan, yang polos dan tak
mengerti apa-apa tentang percintaan (mungkin sekarangpun –okeskip). Namun,
kakak kelas yang saya kagumi dan selalu mengingatkan saya dengan lagu ini,
bukanlah kakak kelas yang sebelumnya telah saya ceritakan di
postingan-postingan sebelumnya. Tapi kakak kelas saya ini berbeda dua tahun di
atas saya. bisa dibayangin, kan? Bagaimana ingusannya saya waktu itu? Baru
lulus dari SD kemudian dilanjutkan ke SMP dan memiliki perasaan aneh. Ah, saya
saja tidak bisa membayangkannya.
Dan masih mengenai lagu pertama, saya juga dahulu sempat
bertanya-tanya, “Mengapa harus lagu ini? Kan
masih banyak lagi lagu yang lebih masuk akal untuk menggambarkan rasa aneh yang
saya rasakan?” Namun, jawabnya baru saja saya ketemukan ketika saya mau
kelulusan SMA, “Mungkin, lagu ini adalah
lagu penyemangat agar saya bisa mengutarakan perasaan saya kepada dia, namun terlihat percuma.“ Lalu berpikir, “Kok lemot, sih?” Yaa, mungkin saja karena saya baru mengerti apa
itu arti suka, sayang, atau cinta setelah saya disakiti oleh laki-laki pada
saat memasuki SMA, hingga sekarang. Oh, jadi intinya, laki-laki yang pernah
menyakiti saya itu telah menyadarkan saya? Hmm, bisa dibilang sih, seperti itu.
Sedangkan mengenai lagu yang kedua ini dinyanyikan oleh
pasangan Anang Hermansyah Feat. Krisdayanti. Bisa dibilang, pasangan ini lebih
terasa nyeseknya dibandingkan pasangan yang kedua. Karena mereka berstatus
sebagai Suami-Istri, telah dikaruniai anak, dan akhirnya harus berakhir di
tengah jalan (sakit pasti, dan mungkin juga lagu ini adalah lagu kenangan
mereka berdua). Sebenarnya, tak hanya mereka berdua saja yang memiliki kenangan
dengan lagu yang mereka nyanyikan sendiri, tetapi saya pun. “Wah, memang ada apasih dengan lagu Makin
Aku Cinta?” Jadi gini, lagu jadul ini terdengar samar pada zamannya di
telinga saya (saya lupa kapan lagu ini ngehits dan kenangan apa yang sudah
terbentuk dalam lagu ini). Karena sesungguhnya, kenangan dari lagu ini sendiri
baru saja tercipta akhir-akhir ini. Bukan kenangan berdua, namun cukup sendiri.
Akan saya uraikan mengapa, dalam tulisan berikut.
Ini berhubungan dengan cerita kakak kelas saya pada waktu
SMP, namun bukan kakak kelas yang berbeda dua tahun di atas saya. Tetapi, kakak
kelas yang sedang menimba di Mesir. “Memang,
ada apa dengan dia?” Saya sebenarnya sedikit bertanya dan kebingungan
sendiri dengan perasaan yang saya rasakan kepada dia. Saya sama sekali belum
pernah melihat dia secara langsung (mungkin pernah, pada waktu SMP. Tetapi dahulu
saya tidak mengenalinya, saya hanya mengetahui adiknya saja), mendengar
suaranya, bahkan mengenal sedikit banyak tentangnya secara langsung, tetapi
saya merasa benar-benar yakin untuk menunggu dia, memnanti, bahkan ada panggilan
hati untuk memperbaiki diri agar dia tak kecewa. Rasanya kalau dipikir-pikir,
semuanya itu di luar dari nalar. “Kenapa
bisa?” Saya pun tak tahu menahu tentang jawaban di balik semua pertanyaan
saya itu. Yang saya tau, jika saya selalu berdoa dan diimbangin dengan usaha,
insya Allah pasti kuasa Allah akan bermain di balik semua ini. Tetapi, entah
bagaimana saya bisa yakin dengan kata-kata itu juga, saya sendiri sedang
kebingungan mengapa se-begitu yakinkah saya, akan dia?
Lalu, perasaan apa yang sekarang sedang saya rasakan? Dan,
mengapa bisa? Atau mungkin Allah sengaja untuk menaruh namanya dalam hati saya,
agar hati saya tak lagi-lagi disakiti oleh siapapun? Dan juga agar hati saya
tidak melirik pada lelaki lain, dan hanya berfokus untuknya? Jikalau memang,
mengapa harus dia? Dan mengapa Allah sampai begitu hebatnya meyakinkan saya,
hingga saya sanggup untuk menunggu, menanti, bahkan untuk saya merubah diri? Dan
jika bukan, apa dia hanya seseorang yang Allah titipkan dihati saya hanya untuk
melatih kesabaran saya dan menyadarkan saya untuk memperhatikan segala sesuatu
yang kurang dari saya? Ah, saya tidak ingin gila mendadak karena pertanyaan
yang begitu rumit ini tak saya temukan jawabnya.
Lalu, jika sudah begini siapa yang harus disalahkan? Dimintai
pertanggungjawaban? Tidak akan ada yang bisa disalahkan atau dimintai
pertanggungjawaban karena saya sendirilah yang merasakan, saya sendiri yang
belajar untuk menerima rasa yakin, dan saya sendirilah yang membuat rasa ini
semakin dalam. Justru, sayalah yang harus meminta maaf kepada kedua orang
tuanya, terlebih kepada ibunya:
“Bu,
apa engkau sudi untuk memaafkan saya yang telah lancang dan berani mencintai
anak pertamamu? Saya benar-benar tidak tahu dan mengerti mengapa bisa, terlebih
dengan anak lelaki ibu. Rasa ini ada begitu saja, ketika Ibu saya menceritakan
sedikit tentang anakmu. Kala itu, hati saya merasa terpanggil, merasa nyaman
rasanya. Apa mungkin, ini cinta Allah yang sengaja dititipkan di hati saya,
atau hanya bersifat sementara? Saya tak tahu pasti.
Bu, maaf pula jika derajat ketakwaan
antara saya dan anakmu tak seimbang. Tapi, saya belajar dari arti menanti dan
menunggu, agar kelak saya bisa menjadi pribadi yang sedikit lebih baik dari
sebelumnya; dengan cara memperbaiki diri. Memang inilah kesalahan fatal saya,
karena memilih bintang yang lebih jauh dan bersinar terang untuk menemani
gelapnya ketika saya tidur, dibanding dengan bintang yang nyala terangnya
redup. Bukan saya mengabaikan bintang yang redup imannya, tetapi saya merasa
silau sendiri ketika melihat bintang yang berada jauh di sana; yang ternyata
itu adalah cahaya dari anakmu.
Bu, mungkin ini hanyalah sekedar
tulisan biasa yang tak kau mengerti apa dan bagaimana maksudnya. Namun melalui
tulisan ini, saya hanya ingin bertanya dengan penuh kebingungan; mengapa harus
anakmu, dan meminta maaf jika kelancangan saya untuk mencintai anakmu itu tak
beralasan pasti karena saya benar-benar mencintainya yang saya sendiri saja
bingung mengapa bisa. Dan insya Allah sebisa saya, saya tidak akan menodai
cinta yang Allah titipkan ini; walaupun waktu yang akan menjelaskannya nanti,
tak berpihak kepada saya. Saya banyak belajar dari anakmu, mulai dari rasa
senang, sedih, bersabar, dan mau belajar untuk menjadi pribadi yang baru. Subhanallah,
begitu besar pengaruh anakmu dalam hidup saya. Itu karena tak lain dan tak
bukan, karena cinta Allah yang mengalir dalam aliran darah saya ini.”
Syukron, Li. J
dalemmmmmmmmmmmm...........
ReplyDeleteSebaiknya rasa itu tersimpan dalaaammm
ReplyDeleteMenunggulah karenaNya dgn sibuk memperbaiki diri ret :') ({})
pasti, sensei ({}) aku akan menunggu dia karenaNya :')
Deletethanks a lot, girl :)
trsentuhhhh :d hh.....
ReplyDelete