Wednesday 27 June 2012

Menulis?

Hey, udah lama nih gak nulis lagi di blog ini hehehe *cengar-cengir*, abis nyari inspirasi itu susah banget. Apalagi yang namanya Ilham.... *brb nelfon yang namanya Ilham*. Hmm agak sedikit absurd sekali yah judul blog yang sekarang sedang di ketik. "Menulis?" hmm kan udah di bilang, nulis itu susah -_- *oke sip*. Tapi kalo di saat kita lagi kesel, marah, galau bt, atau penyakit lain-lainnya sedang muncul, cara terbaik untuk menghilangkan penyakit tersebut ya cuma menulis. Selain menghilangkan penyakit di atas, menulis juga bisa mengasah kemampuan berbahasa kita. Kata-kata yang sebelumnya hanya kita dengar sekilas, jika kita sering guanakan kata tersebut dengan sesering mungkin, mungkin bisa menjadi kosakata tambahan bagi sesuatu yang ingin kalian tulis *bukan kata yang sensor tapi ya*. Dan selain kita menampilkan sesuatu dengan berbicara, menulis juga bisa di jadikan sarana penyampaian informasi, surat kabar misalnya.





Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis. Menulis gambar bukanlah menulis. Dengan perkataan lain: menggambar huruf-huruf bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina, tetapi dia tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis bahasa Cina. Dengan kriteria yang seperti itu, maka dapatlah dikatakan bahwa menyalin/mengkopi huruf-huruf ataupun menyusun suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta representasinya. Dan menulis juga adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari tugas penting seorang penulis sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat: belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/dengan cara tertentu.


Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradapan dan kebudayaan mesyarakat itu sendiri. Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut:


a.    Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yangdapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.


b.    Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakannya. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.


c.    Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang.  Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.


d.    Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian  sibuk beraktifitas.  


Jangan berhenti menulis. Setelah itu, kalian dapat berfokus pada suatu tema atau pokok bahasan tertentu. Pilihlah sesuatu hal yang nyata, bukan yang abstrak. Misalnya: kenangan di masa anak-anak, peristiwa terpenting atau terindah di dalam kehidupanmu, dsb. Deskripsikan secara detail. Mengalir sajalah di dalam menulis. Karena dengan menulis juga kita dapat melatih ketangkasan berbahasa kita kok :D. Yuk, menulis. :))



No comments:

Post a Comment