Ahooooy!!!!
Sabtu, 12 Mei 2018. Pukul 14:31 WIB |
Hari itu rasanya cukup terik. Saya yang sedang
diboncengi motor oleh seseorang hanya bisa kesilauan sendiri menatap matahari. Sebenarnya
tidak betul-betul melihat matahari, sih. Lebih tepatnya melihat ke sekitar
matahari; ya, awan. Awan saat itu terlihat bagus sekali menurut saya. Dengan jarak
pandang yang jauh antara mata dan awan yang berada di langit, menimbulkan celah diantara
keduanya. Celah tersebut tidak kosong, melainkan diisi oleh kata-kata yang
berterbangan secara acak di otak saya. Yap, kata-kata itu akhirnya berhasil
saya rangkai dengan rapi sehingga menghasilkan sebuah puisi tentang awan dan
judulnyapun sama, yaitu, “awan.” Begini puisinya:
Awan
Hadirmu sama sekali tak kusadari
Kau ada hanya sekedar penghias
langit
Keberadaanmu bagai fatamorgana
dalam hidup
Ku tak peduli, bahkan tak mau
tahu
Sikap apatisku
hilang ketika mataku terbuka
Warna putihmu
telah menyentuhku lembut
Matahari,
teman bersanding dengan ramah
Karenanya, ku
bisa melihatmu dengan teduh
Hey, Awan!
Halus dan manis, pikirku
tentangmu
Seperti arum manis dengan warna
berbeda
Tapi kurasa kau sangat tinggi dan
jauh
Hingga tak bisa ku menaruh banyak
harap
Dalam versi
lain kau datangi hidupku
Mencoba
mendekat dan menerima
Bukan, bukan
bentuk seperti yang di langit
Namun kau
hadir sebagai penyempurna
Terima kasih, sudah mau-maunya
kemari
Sudah ada disaatku tak tahu arah
pulang
Sampai kapan kau 'kan terus
temani?
Kumerasa sulit mencari sosok yang
sama
Karena kau adalah awan yang
langka; yang pernah kutemui..
Apa yang kalian bayangkan pertama kali
ketika selesai membaca puisi tersebut? Bisakah kalian menangkap maksud dari
puisinya? Ah, saya harap hanya saya dan Allah SWT saja yang perlu mengetahuinya
J
mbanya susah d tebak nh,
ReplyDeleteBgs puisinya B-)
ReplyDeletekeren!!!
ReplyDelete