Hey, guys? *yaelah, sok asik amat* haha. Untuk kali ini, saya memberi postingan ini dengan judul, “Polos.” Kenapa, yaa? Sebenarnya, gak
ada alasan apapun dalam pengangkatan judul ini. Ini hanya bersumber dengan rasa
penasaran saya sendiri saja; karena banyak dari mereka yang mengenal saya,
mengecap saya itu masih polos.
Polos, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia sendiri artinya adalah sangat sederhana mengenai
sikap dan tingkah laku, apa adanya; dengan sebenarnya, dan tidak bermaksud
jahat; jujur, baik hati maupun pikiran. Perjuangan, mungkin, karena sampe seniat
itu untuk mencari di kbbi karena saking gak ngertinya sama kata polos. Bahkan,
saya mengadakan riset kecil-kecilan, dengan mewawancarai mereka melalui media sosial.
Awalnya, hanya bertanya pada satu orang saja; kemudian saya memperluas ruang
lingkup saya.
Beberapa dari mereka, ada yang niat untuk menanggapi
pertanyaan polos saya; tapi ada beberapa juga yang tidak terlalu serius untuk
menanggapi. Gak percaya? Mari, disimak hasilnya:
Pertanyaan saya hanya satu, “Menurut
kalian, arti sifat polos itu apa?”
Kalau menurut Khairatunnisa,
“Polos itu ga beda jauh sama bego, polos itu sifat anak kecil, dia dgn mudah menerima aja apa yg ada disekitar dia,
tapi dgn gampang dibohongi dan dibodohin, tapi kalo sifat polos itu masih ada
sama orang dewasa itu namanya bukan polos tapi bego.” Jujur, ketika membaca kalimatnya dan merenung sejenak, saya
sendiri merasa this is jleb moment
bangeeet, gitu. Ngerasanya, kayak memang inilah yang terjadi dalam diri saya
sendiri. Dia juga bilang, "Anak kecil bisa
dibegoin, kan?" Haduh, makin-makin, deh rasanya. Hahaha.
Kalau
menurut Tino Pratama, “Polos itu kalau secara visual adalah yang
lugu dan kurang tahu tentang sesuatu yang buruk.”
Lain
halnya dengan Siti Zahara Putri, dia
mengemukakan bahwa, “Polos itu tidak
melihat keadaan bicara apa adanya.” Setelah ditanya lebih lanjut, perihal
maksudnya, akhirnya dia menyerang saya
dengan, “Aku tak mengerti konsep polos
wkwkwk.” Seketika, langsung lemes waktu baca chatnya. Ckckck, Zah, Zah.
*geleng-geleng*
Novilia Anggraeni,
“Polos itu identik dengan gatau apa2.” Menurutnya,
gak tau apa-apanya itu masuk ke dalam konteks ada sesuatu yang baru, tetapi
kitanya sendiri tidak tahu dengan hal baru tersebut. Jadinya, sama orang
dibego-begoin, gitu. Hmm, konsepnya hampir sama dengan Ica.
Waktu
dimintai pendapat perihal polos sama teman sewaktu SMP, Dini Zakiah, mengungkapkan, “Polos
itu engga tau apa-apa, terus mau aja di apa-apain.” Saya sendiri, tidak
begitu tahu perihal mau di apa-apain aja yang sudah dia berikan seperti apa
maksudnya.
Si
keriting Ahmad Rizaldi bilang, “Polos itu tidak tau apa2.” Tapi, hanya
dalam konteks pikiran saja. Dalam konteks perasaan, beda lagi katanya, “Dalam perasaan polos itu bersikap cuek tapi
cool.” Okelah, pemikiran yang cukup cool,
menurut saya. :P
“Polos itu lugu, seperti gua, haha.”
Adalah
pendapat pribadi dari Lukman Hakim. Dia
bilang, dia bangga menjadi orang polos. Ketika ditanya, "Bangga jadi orang polos?" Lalu, dia langsung menepis, “Enggaaa, gua bangga jadi orang ganteng, Ret.
:3” Dan saya pun hanya berdecak keheranan.
Noer Ubaydillah,
adalah salah seorang yang ketika dimintai pendapat, respons pertama yang saya
kasih adalah tertawa terbahak-bahak. Pasalnya, dia membeberkan artian polos itu
seperti ini, “Planga-plongo, flat, datar,
dan sedikit pea.” Langsung saja, saya menyeletuk, “Anjir, Bay, kayak lu banget, Bay. :/” “Iya gua ngomong gitu sembari
ngaca.” Jawabnya. Dan akhirnya dia pun pamit tidur. Zzz.
Begitupun
dengan Dania Puspita Widhyanti, yang
memberikan pendapatnya bahwa, “Polos itu intinya
sih gak tau apa2. Kayak ngeliat film untuk kategori Dewasa tapi lo gak ngerti
maksudnya.” Hmm, jadi, dia melihat konsep polos dari kedewasaan.
Teman
satu SMA, sekaligus satu tempat les saya dahulu menyatakan pendapatnya, “Polos itu lugu. Polos... Ya begitulah.”
Saya rasa, Elok Berliana Hariyanti kebingungan
merespons pertanyaan saya. Ketika ditanya, “Menurut
lu, gua polskah?” Mungkin, dengan setengah membara *saya tak tahu sedang
apa dia saat itu* membalas, “Kagalah,
polosan gue anjir. Gue mah casing doang. Casingnya songong, dalemnya lebih
polos.” Wah. Wah. Wah.
“Kalo menurut gue, polos itu dia
memikirkan apapun dengan cara pemikirannya sendiri, dengan murni, tidak
disangkut pautkan dengan hasutan2 atau pendapat2 dari luar. Kalo dipresentasiin,
kepolosan itu: 85% perasaan, 15% pikiran. Jadi……kepolosan juga timbul karna ada
pembawaan perasaan juga, No.” adalah hasil riset
pribadi miliknya Yona Ramadhana. Entah,
yang dijadikan objek riset itu siapa olehnya. Yang pasti, ini murni mungkin,
dari hati jawabnya. Ahaha.
Kalau
kata Putri Fauziyah Yuniyanti, sih, “Polos itu ga ngerti apa apa ya kayak
misalnya kalo ada masalah tapi dia ga ngerti dengan permasalahannya itu. Eh gimana
ya -_- ngahahaha bingung juga gua.” Taukah kalian, ekspresi saya ketika
membaca kalimatnya? Datar, Kayak selembar kertas polos. Polos. -_-
Kalau
yang lain berusaha mengeluarkan pendapatnya, lain halnya dengan Arif Hadi Luqman, yang sedikit
membatasi persepsinya, “Polos ya polos.” Singkat,
padat, dan menyisakan kebingungan untuk saya telaah sendiri . "Jadi, polos itu apa?" Gumaman saya dalam
hati.
Seorang
calon psikolog juga saya masukkan dalam riset kecil-kecilan saya ini. Saya memintai
pendapat dari Andri Setyawan, dia
mengutarakan, “Polos itu bisa jadi dia
belum menemukan sifat dia yang sebenarnya. Karena itulah ibarat kertas masih
polos yang belum mempunyai warna sendiri.” Lalu, dia pun menyarankan saya
untuk meningkatkan kualitas pada diri saya sendiri. Dia berusaha nge-push saya! Wow.
Kalau
Nanik Handayani sendiri, sih, lebih
mempercayai jawaban dari ibunya. Pasalnya, ketika saya bertanya, ibunya lah
satu-satunya yang mendapat introgasi dari anaknya sendiri. “Kalau polos tuh apa adanya terlalu jujur sama
orang.. Terus mudah terhasut.” Itulah jawabannya. Dan dia pun mengaku jika
dia polos. Namun, hanya terhadap ibunya saja.
Dhiafah Rahmawati,
pemimpin pergerakan sewaktu kelas 11 dan 12 SMA terdahulu, menyampaikan
mandatnya terhadap saya perihal polos layaknya, “Polos itu kosong, No. kayak orang ga ngerti kan. Itu namanya polos kan?”
Saya yang bertanya, pertanyaan saya dikembalikan lagi kembali kepada saya. Why always me, Bunda?
Salah
seorang rekan kerja Bahasa Inggris saya sejak semester 1, Dewi Sri Azizah Utami, menjelaskan artian polos itu, “Kayak gua haha. Mungkin sifatnya tuh masih
kayak anak kecil tapi dalam arti bukan kekanak2an, melainkan masih jujur,
bersih, dan tidak korupsi *loh. Pokoknya gitu, Ret, kalo polos tuh masih jujur,
bersih trus sederhana dan selalu positive thinking sih menurut gua.” Pembeberan
yang panjang namun masuk akal. Terimakasih, Ndew! Begitulah panggilan akrabnya.
Pemikiran
Shofi Muthia Syar’ie bisa dibilang
11-12 dengan Ndew, “Polos itu bukan
berarti gak tau apa-apa. Polos itu pikirannya masih jernih, dan biasanya suka
positive thinking.” Dia bilang, “jernih
itu masuk ke dalam konteks pemikiran. Polos itu sebenarnya sikap yang sederhana,
ga macem-macem.” Mungkin, mereka berdua melakukan kegiatan pendiskusian
terlebih dahulu setelah saya bertanya. :o
”Polos itu kayak gue, yang gatau apa2, Ret. Dalam
konteks kalo ada yang nanya. Jangan nanya serius2 sama gua. -_-“ Itu
pendapat dari Khairunnisa Salimah. Jawaban
awalnya, sama persis kayak jawabannya Lukman. Tjiee deh, sehati. Susah suit,
susah suit. Yahaha.
Serabi,
adalah objek penelitian dari Monji
Setiawan. Masalahnya, yang terngiang pertama kali itu adalah serabi. “Polos itu gak tau apa2. Udah kaya serabi
polos gak ada isinya.” Dia meluncurkan kalimat seperti itu karena memang
sedang efek-efek lapar. Memangnya, serabi itu ada isinya, ya? Okelah, kali ini
saya memang polos seperti serabi. Tetapi, saya sedang tidak lapar. Ckck.
Saya
telah berhasil membuat si Annis Fikra
El-Jannah, memberikan konsep polosnya dalam kebingungan namun bisa
dijelaskan olehnya, “Polos itu lugu,
belum ngerti apa-apa mungkin :D dalam konteks pacaran mungkin.”
Terlalu
susah untuk mengartikan konsep polos, saya berusaha meyakinkan Dwi Putri Permatasari untuk tetap
mengartikannya, karena saya sendiri kebingungan dengan konsep itu. Akhirnya,
timbulah juga, “Susah sih, Ret,
diartiinnya. Menurut gue polos itu gatau apa-apa dan gak ngerti apa-apa,
pikirannya masih kayak anak kecil, gitu.” Dan dia juga, adalah salah
seorang yang menilai saya polos hanya karena saya sendiri termasuk orang yang
pecicilan; tidak bisa diam. Gerak-gerik saya masih dibilang seperti anak-anak,
ucapnya. Haduh, ada-ada saja.
Shabrina Khansa
sendiri, mendeskripsikan, “Polos itu nggak
ngerti apa apa, maksudnya pergaulan dunia luar, Cuma tau rumah doing.” Dan
ketika saya bertanya apakah saya polos, dia menjawab, “Tidak.” Padahal, saya termasuk anak rumahan, yang tak tahu ketika
di luar rumah harus pergi kemana; selain ke kampus.
Tau
sitkom Bajaj Bajuri? Pemeran Oneng yang jadi istrinya Bajuri? Entah si Leli Anggraeni yang polos, atau
Oneng-nya, atau saya yang polos dan Oneng, sebenernya. Dia berkata, “Oneng sama polos beda tipiskan, No.” Jadi intinya, yang polos saya
atau dia? Yang pasti, sih, dia yang Oneng. -__-“
Arif Rofiuddin,
korban saya selanjutnya. Sebenarnya, mewawancarai dia itu harus membutuhkan
pemahaman yang tinggi. Dia menjawab pertanyaan saya, “Polos itu kekosongan. Sifat dasar yang tak terkontaminasi.”
Katanya, tekontaminasi itu tercampur. Entah, apa yang telah tercampur dari
sifat polos itu sendiri. Ckckck.
“Polos itu simple, No, ya kaya gue wkwk. Ya,
yang beneran polos yang gatau apa2, natural, apa adanya. Hmm tapi beda loh ya
sama yang sok polos wkwk.” Adalah pendapat milik Istiqomah Aisyiyah. Dia mengklaim dirinya polos, tapi bukan sok
polos. Jadi? Dia polos secara naturalkah, gitu? Hmm, jadi bingung. -_-
Ketika
ditanyai artian polos, gak bisa ngerti lagi sama si Ilham Ramadhan yang bilang, “Makan
tidur makan tidur.” Pernah merasakan sudah kebingungan, makin kebingungan? Saya
sedang merasakannya.
Kalau
pendapat dari Rafli Ramadhan itu, “Menurutmu, baju putih itu seperti apa? Akan terlihat
seperti apa jika dibandingkan dengan warna lain? Sifat polos itu pribadi yg to
the point, melakukan segala yg ada di depan mata dgn sikap riang, nothing to
lose, mempunyai keinginan utk belajar.. jiwa-jiwa bersih menurutku sihh.” Ya,
ya, ya, cukup bijak menurut saya.
Yola Septika berkata,
“Kurang kritis ya kalau menurut gua. Jujur
juga.” Ketika dia sedang ada kelas. Dia segitunya mengalihkan perhatian
dosen, demi memberikan penjelasan terhadap pertanyaan saya. Entahlah, saya harus berbahagia
karena mendapat perhatian itu, atau menyesal karena sudah mengganggu jam
kuliahnya itu. I’m sorry, Yol. And I love you. :’)
Setelah berhasil mengintrogasi Ihsan Kamaludin, ketika dimintai keterangan perihal polos, saya merasa dia menjawabnya bukan dengan sebuah kepolosan pula. Dia berkata, “Cewek polos? Beda tipis sama beloon sih tapi yang pasti polos itu manis dan natural.” Yang saya pikirkan pertama kali adalah, “Bagaimana jika, posisi polos itu ada pada posisi cowok, sedangkan dia membalasnya dengan kata-kata di atas?” Untuk sekali lagi, saya tekankan artian yang dia beri itu untuk cewek. *tepok jidat*
Setelah berhasil mengintrogasi Ihsan Kamaludin, ketika dimintai keterangan perihal polos, saya merasa dia menjawabnya bukan dengan sebuah kepolosan pula. Dia berkata, “Cewek polos? Beda tipis sama beloon sih tapi yang pasti polos itu manis dan natural.” Yang saya pikirkan pertama kali adalah, “Bagaimana jika, posisi polos itu ada pada posisi cowok, sedangkan dia membalasnya dengan kata-kata di atas?” Untuk sekali lagi, saya tekankan artian yang dia beri itu untuk cewek. *tepok jidat*
Orang yang membuat saya benar-benar bahwasannya, “Apakah saya memang polos?” Adalah Diena Adyanthy. Dia mengecap saya
sedemikian kejam karena dia sendiri tahu seluk-beluk kehidupan saya walau tidak
semua. Dan dia pun menanggapi pertanyaan saya seperti, “Dari sifat sih menurut gue polos itu kayak gampang dibegoin soalnya
orang itu belum tau apa2 / ya pengalamannya dikit jd gampang diboongin.” Selesai
dia menyelesaikan tugas-tugasnya, diapun menyelesaikan tugas yang lainnya; menjawab
pertanyaan saya ini. Los, polos.
Kalau katanya si Ecky
Ramdhany sih, polo situ kayak gini, “Polos
itu ibarat baju dalam 1 warna, atau kertas yg masih bersih dari tinta, atau
manusia berkategorikan anak-anak. Sifat polos pada seseorang tergantung pada
pengalaman, cara tanggap dan kedewasaan.” Wuih, panjang juga penjelasannya.
Saya hargai itu dengan sebuah senyuman tak tampak.
Itulah,
segelintir hasil wawancara saya kepada teman-teman saya melalui berbagai media
sosial. Cukup beraneka ragam, bukan, jawabannya? Jika bisa saya menarik sebuah
kesimpulan, saya akan menarik semua kesimpulan kata-kata di atas sendiri. Karena
sudah banyak yang menuntun saya untuk mengerti dan memahami arti dari kata, “Polos”
itu sendiri.
Dan
terimakasih banyak, saya hanturkan untuk kalian yang mau meladeni pertanyaan
polos saya. Terimakasih atas segala jawabannya. Karena dengan begitu, saya
sedikit tahu tentang arti polos yang sebenarnya terlihat berwarna “abu-abu”
dalam dunia saya. J
KEREEEN!
ReplyDeleteamazinggg!!!
ReplyDeletelucu hha
ReplyDeleteHaa--a
ReplyDeletewkwkwk koplak
ReplyDeletepolos =))
ReplyDeletePolos itu, jujur, apa adanya, tidak terkontaminasi, penuh prasangka baik, realistis, dunia itu cuma ada 2 warna,hitam dan putih gak ada abu2.
ReplyDeletePolos dan bego sama? No.
Polos itu sifat alamiah anugrah tuhan pd manusia
Sedangkan bego, sifat buruk yg harusnya diperbaiki. Read